The Internal Kick-Off Meeting for the Re:Sound project, titled “Restituting, Reconnecting, Reimagining Sound Heritage,” held on 14 April 2025, marked the official launch of a multiyear, multi-institutional research initiative focused on critically engaging with colonial-era sound archives. Conducted in a hybrid format—both in person at Universitas Gadjah Mada (UGM) in Yogyakarta and online via Zoom—the meeting gathered scholars, archivists, curators, students, and community-based practitioners from Indonesia, the Netherlands, and across Southeast Asia. Running from 2025 to 2028, Re:Sound seeks to rethink how sonic heritage is collected, curated, interpreted, and made accessible in the postcolonial present.
May
Pada 19 Mei 2025, dari jam 13.00 hingga 15.00 WIB di Ruang Multimedia lantai kedua dari Gedung Margono, telah terlaksana seminar sejarah yang membahas terkait perkebunan kolonial di Kepulauan Indonesia. Seminar ini dihadiri oleh Dr. Harro Maat, selaku pembicara seminar, dan moderator Dr. Farabi Fakih, M.Hum.
Dr. Harro membahas akan bagaimana perkebunan kolonial merupakan salah satu wujud nyata dalam aspek global dari sejarah agrikultur. Pada konteks Hindia Belanda, pengetahuan terkait budidaya perkebunan kolonial terutama berasal dari berbagai belahan dunia. Sebagai contoh, ia menggunakan studi kasus dari tanaman sawit. Ia menjelaskan akan bagaimana tanaman sawit yang ditanam berasal dari Afrika Barat, dan dibudidayakan secara ekstensif di Sumatera. Selain untuk dikomersialisasikan, melainkan juga dibuat untuk menjadi pelumas mesin uap, lilin, dan sabun.
Peserta mengikuti kegiatan MasterClass di Ruang 314, Gedung Soegondo, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Foto: Adi Setiawan