• UGM
  • FIB
  • Webmail
  • Academic Portal
  • Indonesia
    • Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Departemen Sejarah
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Tentang
    • Departemen
    • Staf
    • Kontak
  • Akademik
    • Program Sarjana
      • Mata Kuliah Program Sarjana
      • Intended Learning Outcomes
    • Program Magister
      • Mata Kuliah Program Magister
    • Summer School
    • MBKM
  • Kabar
    • Berita
    • Agenda
  • Penelitian
  • Publikasi
    • Lembaran Sejarah
    • Histma
  • Alumni
    • Kasagama
    • Career Development Center
  • Beranda
  • berita
  • Gandeng Museum Ullen Sentalu, Departemen Sejarah UGM Sukses Menyelenggarakan Konferensi Studi Warisan Kritis

Gandeng Museum Ullen Sentalu, Departemen Sejarah UGM Sukses Menyelenggarakan Konferensi Studi Warisan Kritis

  • berita
  • 15 Agustus 2023, 09.55
  • Oleh: sejarah
  • 0

Belanda menyerahkan sebanyak 472 koleksi benda bersejarah kepada Indonesia. Penyerahan tersebut, secara simbolik, dilakukan di Museum Volkenkunde, Leiden, Belanda, Senin, 10 Juli 2023 silam. Benda-benda bersejarah tersebut terdiri dari Keris Puputan Klunkung dari Kerajaan Klungkung, Bali; empat arca era Kerajaan Singasari; 132 benda seni koleksi Pita Maha Bali; dan 335 harta karun jarahan Ekspedisi Lombok 1894.

Departemen Sejarah UGM, bekerja sama dengan Museum Ullen Sentalu, menggagas Konferensi Studi Critical Heritage Interdisipliner di Indonesia untuk merepons repatriasi tersebut. Bertempat di Museum Ullen Sentalu, Kaliurang, Sleman, Senin, 14 Agustus 2023; konferensi tersebut bertujuan untuk mengembangkan kurikulum warisan kritis (critical heritage) dan membuka kerja sama antara museum, komunitas, dan pegiat kebudayaan dalam pemanfaatan warisan.

Dalam pidato kuncinya; Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, menyatakan produksi pengetahuan secara interdisipliner penting untuk mengungkap seluk-beluk warisan. “Dekolonisasi bukan hanya pengembalian benda-benda ke tempat asal, tetapi juga penelusuran terhadap perjalanan panjang benda-benda tersebut sebelum dirampas,” kata Hilmar Farid.

Produksi pengetahuan, menurut Hilmar Farid, akan menjawab tantangan agar repatriasi tidak menjadi akhir siklus dekolonisasi, melainkan fase untuk menentukan benda bersejarah akan terpisah dari masyarakat atau terintegrasi kembali kepada masyarakat asal. “Tugas selanjutnya bagaimana kita membuka akses bagi masyarakat luas untuk ikut berinteraksi dan memberi makna bagi benda-benda tersebut,” kata Hilmar Farid.

Tak hanya berhenti pada masa lalu, Hilmar Farid menegaskan produksi pengetahuan harus diarahkan untuk berpikir tentang masa depan. “Apa yang bisa dipreservasi untuk kepentingan masa depan?” kata Hilmar Farid. Pemaknaan benda sehari-hari serta peninggalan flora dan fauna, lanjut dia, adalah tantangan yang harus dijawab mengingat krisis iklim merupakan produk kebudayaan modern.

Abdul Wahid, Ketua Departemen Sejarah UGM, menyatakan bahwa pendekatan kritis dan interdisipliner diperlukan mengingat kajian warisan bukan hanya wilayah disiplin ilmu sejarah, melainkan terbuka luas bagi disiplin-disiplin di luar sejarah. “Konferensi ini langkah pertama menuju ke sana,” kata Abdul Wahid.

Senada dengan Abdul Wahid; Farabi Fakih, pengajar Departemen Sejarah UGM, menyatakan bahwa upaya pengembangan kurikulum tak hanya menjawab tantangan seiring pengembalian warisan, tetapi juga dekolonisasi warisan secara umum. “Pertanyaan besarnya adalah bagaimana kita bisa mendekolonisasi warisan melalui kurikulum, program riset, atau program studi baru,” kata Farabi Fakih.

Sri Margana, pengajar Departemen Sejarah UGM, menambahkan pembuatan kurikulum baru patut dipikirkan karena banyak benda-benda bersejarah dikembalikan dengan syarat proficient research. Sayangnya, riset-riset selama ini lebih banyak dilakukan oleh para peneliti dari Belanda. “Kalau warisan dari Belanda pulang ke sini hanya disimpan di museum dan tidak menghasilkan respons apa pun dari sisi pengetahun, sia sia saja,” kata Sri Margana.

Konferensi ini terdiri dari empat panel terpisah. Dalam panel pertama bertemakan “Heritage in Practice”; Grace Leksana, sejarawan Universitas Negeri Malang; KateMcGregor, sejarawan University of Melbourne; Restu Gunawan, Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kemdikbudristek; dan Bambang Widodo, Ketua Umum Badan Musyawarah Musea DIY mendiskusikan topik tentang komodifikasi warisan kolonial, praktik dan teori pendekatan interdisipliner, serta praktik-praktik pelestarian warisan.

Dalam panel kedua bertemakan “Decolonization and Repatriation”; Tular Sudarmadi, arkeolog UGM; I Gusti Agung Wesaka Puja, Direktur Eksekutif  ASEAN Institute for Peace and Reconciliation; dan Daud Aris Tanudirdjo, arkeolog UGM mendiskusikan topik tentang perbedaan return, repatriasi, dan resititusi; pendekatan mikrohistori dalam kajian warisan; serta dekolonisasi museum.

Dalam panel ketiga bertemakan “Performing Heritage”; Sumarsam, pengajar Wesleyan University dan Eri Sustiyadi, Kepala Seksi Koleksi, Konservasi dan Dokumentasi mendiskusikan topik tentang pertemuan antarbudaya dalam perkembangan kesenian wayang dan praktik-praktik penyajian warisan melalui museum.

Sementara itu, dalam panel keempat bertemakan “Heritage in Contestation”; Marieke Bloembergen, sejarawan Leiden University; Sukma Putri, pegiat Komunitas Malam Museum, dan Sektiadi, arkeolog UGM mendiskusikan topik tentang kekerasan epistemik terhadap warisan, praktik-praktik diskusi melalui komunitas, dan transformasi identitas museum seiring upaya dekolonisasi.


Penulis: Han Revanda Putra

Berita Terakhir

  • Call for Applications: PhD Programme in Sound Heritage Studies
  • Dr. Sadiah Boonstra’s Public Lecture: Rethinking the Future of Repatriated Objects
  • The Research Project “Restituting, Reconnecting, and Reimagining Sound Heritage (Re:Sound)” Receives Funding from the Royal Dutch Research Council (NWO) for 2025-2028
  • Launch of New Research Project on Lombok Heritage: “Dismantling Colonial Knowledge Production and Recovering Lost Histories and Memories” (2025-2028)
  • Menelusuri Hibriditas Budaya Tionghoa-Jawa dalam Sejarah Indonesia

Arsip

  • Maret 2025
  • Februari 2025
  • Desember 2024
  • November 2024
  • Oktober 2024
  • September 2024
  • Agustus 2024
  • Juli 2024
  • Juni 2024
  • Mei 2024
  • April 2024
  • Maret 2024
  • Februari 2024
  • Januari 2024
  • Desember 2023
  • November 2023
  • Oktober 2023
  • September 2023
  • Agustus 2023
  • Juli 2023
  • Mei 2023
  • Februari 2023
  • Januari 2023
  • November 2022
  • Oktober 2022
  • September 2022
  • Agustus 2022
  • Juni 2022
  • Mei 2022
  • Desember 2021
  • November 2021
  • Oktober 2021
  • September 2021
  • Agustus 2021
  • Mei 2021
  • April 2021
  • Maret 2021
  • November 2020
  • Agustus 2019
  • Maret 2019
  • Desember 2018
  • November 2018
  • September 2018
  • Mei 2018
  • September 2017
  • Juli 2017
  • Mei 2017
  • April 2017
  • Maret 2017
  • Februari 2017
  • Januari 2017

Kategori

  • agenda
  • alumni
  • beasiswa
  • berita
  • lowongan
  • penelitian
  • pengumuman
  • selisik
  • summer school
Universitas Gadjah Mada

Departemen Sejarah

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Gadjah Mada

Gedung Soegondo, Lantai 3
Jl. Sosiohumaniora, Bulaksumur Yogyakarta
  +62 274 513 096
+62 813 1444 4274
  sejarah@ugm.ac.id

Akademik

  • Program Sarjana
  • Program Magister

Berita & Agenda

  • Berita
  • Agenda

Tentang

  • Staf
  • Departemen
  • Fakultas
  • UGM

Ikuti Kami

Sejarah UGM

Sejarah UGM

Sejarah UGM

© 2025 | Departemen Sejarah UGM

BeritaAgenda

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY