Kemajuan medis yang terjadi di Indonesia tidak terlepas dari berbagai eksperimen yang berkembang. Caroline Schep, seorang kandidat PhD di Leiden University, tengah menelisik tentang bagaimana sejarah kesehatan di Indonesia pada periode masa kolonial serta mengetahui mengapa terjadi berbagai eksperimen obat di Indonesia. Schep ingin mendalami tentang pentingnya memahami siapa yang menjadi subjek percobaan dalam eksperimen ini dan bagaimana mereka diperlakukan.
Dalam sesi berbaginya dengan mahasiswa Departemen Sejarah pada (18/09/2024), Schep menjelaskan bahwa berjalannya eksperimen ini tidak hanya ditentukan oleh keterlibatan pasien, tetapi juga kontribusi dokter, peneliti, perusahaan farmasi, apoteker, serta misionaris yang juga ikut berperan serta. Lebih lanjut menurut Schep, pendekatan paternalistik, rasisme, dan kelas penting untuk digunakan dalam menelusuri jejak sejarah kesehatan. Schep juga memaparkan sumber-sumber yang ia gunakan, seperti fotografi medis yang acap kali digunakan sebagai media propaganda atau diary para pasien yang dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana mereka diperlakukan.
Seorang dokter muda yang ikut dalam sesi berbagi Schep ini menanggapi paparan Schep tentang rasisme dan paternalistik. Ia mengamini pernyataan Schep mengenai rasisme dan paternalistik yang sangat umum dijumpai dalam literatur-literatur medis, di mana pasien berkulit gelap sering didiskriminasi.
Sesi berbagi oleh Caroline Schep yang dipandu oleh koleganya, Satrio Dwicahyo, membuka lebar jendela pengetahuan baru mengenai sejarah kesehatan Indonesia periode kolonial. Para peserta sesi terlihat tertarik dengan paparan Schep melalui interaksi aktif pada sesi tanya jawab dan sesi berbagi oleh peserta.
Penulis: Khirana Marwadika