• UGM
  • FIB
  • Webmail
  • Academic Portal
  • Languages
Universitas Gadjah Mada Departemen Sejarah
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Tentang
    • Departemen
    • Staf
    • Kontak
  • Akademik
    • Program Sarjana
      • Mata Kuliah Program Sarjana
    • Program Magister
      • Mata Kuliah Program Magister
    • Summer School
    • MBKM
  • Kabar
    • Berita
    • Agenda
  • Penelitian
  • Publikasi
    • Lembaran Sejarah
    • Histma
  • Alumni
    • Kasagama
    • Career Development Center
  • Beranda
  • berita
  • Dokter-Dokter Pribumi dan Kesadaran Nasional

Dokter-Dokter Pribumi dan Kesadaran Nasional

  • berita
  • 17 April 2017, 13.44
  • Oleh: admin
  • 0

Salah satu tonggak kebangkitan nasional berasal dari STOVIA. Sekolah dokter Jawa itu menjadi penting dalam pergerakan nasional Indonesia. Alasan itu didasari atas munculnya Boedi Utomo pada 20 Mei 1908, yang para pengagasnya, kebanyakan berasal dari siswa STOVIA. Hal itu diungkapkan oleh Prof. Hans Pols dari University Of Sidney dalam kuliah umum yang digagas oleh Departemen Sejarah UGM pada Senin (10/4), bertempat di Fakultas Ilmu Budaya UGM. Kuliah umum itu mengangkat tema “The Indonesians Medical Profession in the Dutch East Indies: Medicine, Nationalism and Decolonization”. Menurut Hans, mahasiswa Kedokteran STOVIA, pada saat yang sama tidak hanya belajar tentang kesehatan, namun juga mulai belajar tentang nasionalisme dan pentingnya kemerdekaan. “Pada titik itulah, kemudian profesi dokter mempunyai peran vital masa itu” ungkap Hans.

Hans melihat bahwa mahasiswa kedokteran di STOVIA memiliki identitas hybrid. Mereka berasal dari kalangan bumiputera namun sekaligus beratribut Eropa (jas, tas, bahkan mungkin pemikiran). Namun di sisi lain, atribut Eropa itu berbaur dengan atribut Jawa (Blangkon dan batik). Mengenyam pendidikan Eropa membuat kerangka pikir mereka berubah. “Yang menarik adalah mengapa kemudian para dokter itu –lulusan STOVIA- berpikir politik dan revolusioner?” kata Hans. Ia kemudian memaparkan beberapa alasan. Salah satunya, karena mereka adalah aktor yang bersinggungan langsung dengan para pasien (kaya atau pun miskin). Mereka tahu kondisi sebenarnya dari rakyat, terutama kondisi sosial di Hindia Belanda. Kemudian ilmu yang mereka dapat digunakan untuk mengetahui proses evolusi dari masyarakat.

Selanjutnya Hans juga menjelaskan bahwa dokter masa Hindia mempunyai stratifikasi. Yang pertama adalah dokter Belanda. Mereka adalah kalangan dokter elit. Posisi mereka menempati strata paling tinggi dan mempunyai gaji terbaik. Kedua, dokter Hindia yang berasal dari lulusan STOVIA. Gaji mereka dan posisinya lebih rendah dari Dokter Belanda. Menurut Hans, kemudian memang muncul kemarahan akan permasalahan stratifikasi itu. “Mereka protes karena yang penting dalam Sains semua sama. Tidak Penting warna kulit atau ras” jelasnya. Hans menjelaskan para Dokter lulusan STOVIA sebetulnya memiliki kapastitas dan cerdas. Di sisi lain mereka juga sangat dibutuhkan, namun memang ada upaya penyingkiran oleh Belanda. “Baru memang pada generasi kedua muncul dokter-dokter elit dari kalangan pribumi untuk melawan” papar Hans.

Setelah 1920 saat pemerintahan kolonial menjadi represif kalangan dokter bergerak. Dokter-dokter pribumi itu melihat pemerintah kolonial tidak akan kooperatif perihal cita-cita kemerdekaan. Maka mereka melakukan perlawanan dengan cara ‘mengguncang’ kemapanan kolonial. Jurnal kedokteran mulai ditulis dan dipublikasikan oleh dokter-dokter pribumi. Dari sanalah elit kedokteran Indonesia mulai muncul. Mereka mulai lulus dengan predikat yang sama dengan orang Eropa. Pada perkembangan selanjutnya mereka mendapat gaji dan posisi yang sama dengan dokter Eropa. “Generasi itu kemudian menjadikan kesehatan sebagai alat perjuangan, dan kemajuan sosial” tutup Hans. (Sej/Bagus)

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Recent Posts

  • Call for Applications: PhD Programme in Sound Heritage Studies
  • Call for Applications: PhD Programme in Sound Heritage Studies
  • Dr. Sadiah Boonstra’s Public Lecture: Rethinking the Future of Repatriated Objects
  • Dr. Sadiah Boonstra’s Public Lecture: Rethinking the Future of Repatriated Objects
  • The Research Project “Restituting, Reconnecting, and Reimagining Sound Heritage (Re:Sound)” Receives Funding from the Royal Dutch Research Council (NWO) for 2025-2028

Recent Posts

  • Call for Applications: PhD Programme in Sound Heritage Studies
  • Call for Applications: PhD Programme in Sound Heritage Studies
  • Dr. Sadiah Boonstra’s Public Lecture: Rethinking the Future of Repatriated Objects
  • Dr. Sadiah Boonstra’s Public Lecture: Rethinking the Future of Repatriated Objects
  • The Research Project “Restituting, Reconnecting, and Reimagining Sound Heritage (Re:Sound)” Receives Funding from the Royal Dutch Research Council (NWO) for 2025-2028

Archives

  • March 2025
  • February 2025
  • December 2024
  • November 2024
  • October 2024
  • September 2024
  • August 2024
  • July 2024
  • June 2024
  • May 2024
  • April 2024
  • March 2024
  • February 2024
  • January 2024
  • December 2023
  • November 2023
  • October 2023
  • September 2023
  • August 2023
  • July 2023
  • May 2023
  • February 2023
  • January 2023
  • November 2022
  • October 2022
  • September 2022
  • August 2022
  • June 2022
  • May 2022
  • December 2021
  • November 2021
  • October 2021
  • September 2021
  • August 2021
  • May 2021
  • April 2021
  • March 2021
  • November 2020
  • August 2019
  • March 2019
  • December 2018
  • November 2018
  • September 2018
  • May 2018
  • September 2017
  • July 2017
  • May 2017
  • April 2017
  • March 2017
  • February 2017
  • January 2017

Categories

  • agenda
  • agenda
  • alumni
  • alumni
  • announcement
  • beasiswa
  • berita
  • BKMS
  • lowongan
  • news
  • penelitian
  • pengumuman
  • research
  • scholarship
  • selisik
  • summer school
  • summer school
Universitas Gadjah Mada

Departemen Sejarah

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Gadjah Mada

Gedung Soegondo, Lantai 3
Jl. Sosiohumaniora, Bulaksumur Yogyakarta
  +62 274 513 096
+62 813 1444 4274
  sejarah@ugm.ac.id

Akademik

  • Program Sarjana
  • Program Magister

Berita & Agenda

  • Berita
  • Agenda

Tentang

  • Staf
  • Departemen
  • Fakultas
  • UGM

Ikuti Kami

Sejarah UGM

Sejarah UGM

Sejarah UGM

Academic

  • Undergraduate
  • Graduate

News

  • News
  • Agenda

About

  • Staff
  • Department
  • Faculty
  • UGM

Follow Us

Sejarah UGM

Sejarah UGM

Sejarah UGM

© 2025 | Departemen Sejarah UGM

BeritaAgenda

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY