Selasa (20-9), Departemen Sejarah UGM mengadakan kuliah umum berjudul Towards an End of Colonialism: Mid-Century European Photographers Working for an Independent Indonesia. Brian Arnold dari Cornell University menjadi pembicara dalam acara ini, ditemani oleh Satrio Dwicahyo, dosen Departemen Sejarah UGM. Dalam kuliah umum tersebut, Arnold berbicara mengenai kekuatan foto dan para fotografer Eropa yang berpihak kepada Indonesia.
Fotografi seringkali dipandang sebagai cuplikan suatu keadaan pada masa lalu. Dalam arsip maupun buku sejarah, ia bagaikan bukti statis yang netral atas terjadinya sesuatu. Namun, Arnold berargumen bahwa foto lebih kompleks daripada itu. Ia merupakan alat yang manjur untuk mendiseminasi pengetahuan. “Semua hal yang pernah dilalui oleh seorang fotografer memengaruhi caranya mengambil foto,” ujar Arnold. “Apa yang dibingkai di dalam foto sama pentingnya dengan apa yang tidak dibingkai di dalam foto. Semua itu menciptakan sensibilitas subjektif dalam fotografi.” Subjektivitas itu dapat muncul dalam bentuk sehalus latar belakang pemotret yang hanya mengikuti perintah atasan maupun kepentingan yang terinstitusionalisasi.