Bincang dengan alumni sejarah UGM, yang diberi nama ‘Alumni Menyapa’ digelar di Ruang Multimedia, Gedung Margono lt. 2 FIB UGM pada Senin (15/5). Bincang dengan alumni sejarah itu merupakan edisi perdana dan mengambil tema ‘Sejarah dan Dunia Kerja’. Kegiatan yang dikemas dengan format talkshow dan dialog interaktif itu merupakan program kerja dari Keluarga Alumni Sejarah Gadjah Mada (KASAGAMA) yang bekerja sama dengan Departemen Sejarah FIB UGM.
Acara diisi oleh narasumber yang bekerja di berbagai bidang. Para narasumber kemudian membagi pengalamannya meniti karir dengan mahasiswa tingkat akhir Program Sarjana dan Pascasarjana Departemen Sejarah FIB UGM.
Para pemateri masing-masing adalah ; Ign. Eka Hadiyanta yang berprofesi sebagai pegiat cagar budaya Yogyakarta, Burhanudian D.R. yang berkarir sebagai arsiparis BPAD DIY, Yudah Prakoso yang bergerak di Industri Kreatif Media, dan Rumekso Setiyadi pengusaha mebel asal Bantul yang tergabung dalam Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI). Sementara itu sebagai moderator adalah Muhammad Nursam. Nama yang terakhir adalah pemilik penerbit Ombak sekaligus ketua KASAGAMA.
Pada pembukaan talkshow Nursam menyampaikan bahwa acara ini secara khusus diadakan untuk memfasilitasi mahasiswa yang sudah menyelesaikan tugas akhir dan sedang menunggu prosesi wisuda. Nursam pun menambahkan, acara ini adalah sebagai tempat mahasiswa untuk mencurahkan kegamangannya setelah wisuda. “Ya makanya sederhana saja, acara ini dibuat agar kalian tidak bingung ketika habis wisuda” katanya.
Burhanudin DR menceritakan pengalamannya kala itu. Saat itu ia baru saja menjadi Sarjana Muda. Namun ia tidak mempunyai arah untuk mengembangkan dirinya. “Akhirnya apa-apa saya coba. Hampir semua. Yang penting satu, peka terhadap informasi” kenang Burhan.
Yudah Prakoso memiliki cerita yang berbeda. Alumnus Sejarah UGM angkatan 84 itu menekankan pentingnya mengikuti minat (passion) kepada peserta yang hadir. Yudah mengawali karir sebagai wartawan media cetak, Media Indonesia. Sebelum akhirnya ia berkecimpung di media televisi. “Saya pernah di Lativi, SCTV, dan terakhir di MNC group, ring keduanya Hary Tanoe” ujarnya. Dari pengalamannya itu, bahkan Yudah pernah membuat dan memproduseri sebuah acara. “Kalau teman-teman pernah dengar acara ‘Titian Iman’ dulu ketika bulan Ramadhan, itu saya yang buat” papar Yudah.
Di sisi lain Ign. Eka Hadiyanta memberikan ‘wejangan’ kepada peserta. Nantinya ada tiga hal penting yang menjadi bekal dan mesti dibelajari. “Ketiganya adalah mengikut minat, pintar memanfaatkan peluang, dan koneksi” katanya. Senada dengan Eka, Rumekso Setiyadi yang mengawali karir sebagai pegiat LSM punya pesan yang sama yakni perihal koneksi. Selain itu Yoyok -sebagaimana ia biasa disapa-, melihat, bahwa yang paling vital adalah fokus dan kerja keras. “Karena pada dasarnya, apa yang kita tekuni akan memberi” kata Yoyok. (Sej/Bagus)
Selengkapnya, dapat dilihat di link ini