• UGM
  • FIB
  • Webmail
  • Academic Portal
  • Languages
Universitas Gadjah Mada Departemen Sejarah
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Tentang
    • Departemen
    • Staf
    • Kontak
  • Akademik
    • Program Sarjana
      • Mata Kuliah Program Sarjana
    • Program Magister
      • Mata Kuliah Program Magister
    • Summer School
    • MBKM
  • Kabar
    • Berita
    • Agenda
  • Penelitian
  • Publikasi
    • Lembaran Sejarah
    • Histma
  • Alumni
    • Kasagama
    • Career Development Center
  • Beranda
  • berita
  • Pemahaman Sejarah Bersama Antara Indonesia dan Belanda

Pemahaman Sejarah Bersama Antara Indonesia dan Belanda

  • berita
  • 4 April 2017, 14.50
  • Oleh: admin
  • 0

Layar proyektor memutar sebuah film dokumenter. Terlihat dalam film itu, seorang lelaki tua sedang diwawancara terkait pengalaman perang. “Pokoknya masa itu saya tidak tenang, tidak aman” katanya. Ia adalah seorang mantan veteran –yang dulunya seorang petani- yang turut berjuang dalam perang revolusi 1945-1949. Veteran itu mengatakan bahwa ia bangga dengan apa yang sudah dilakukan. Ia mengungkapkan perjuangannya dalam mempertahankan kemerdekaan. Kisahnya adalah kisah perjuangan. Tidak berselang lama sebuah film dokumenter lain diputar. Kali ini yang ditampilkan adalah seorang lelaki warga negara Belanda. Usianya hampir sama tua dengan lelaki pertama. Tetapi yang jelas, ia juga adalah veteran perang. Dulu ia tergabung dalam pasukan yang membonceng NICA untuk melakukan agresi militer. Ia menangpak para pejuang kemerdekaan. Namun, dalam penuturannya ia merasa bersalah atas tindakannya. Dalam pandangannya, apa yang dilakukan Belanda terutama pada 1945-1949 tidak bisa dibenarkan. Dua film itu menunjukkan ada dua perspektif berbeda dalam membaca sejarah ketika masa revolusi.

Selama beberapa dekade, Indonesia dan Belanda menulis sejarah secara terpisah, sehingga catatan sejarah yang ada selalu berbeda dan bertentangan. Misalnya, pada masa perang dekolonisasi Indonesia (1945-1949), Belanda menyebut tindakannya untuk menduduki lagi Indonesia saat itu sebagai ‘tindakan polisi’ atau pengamanan. Di pihak lain Indonesia menyebut Belanda telah melakukan agresi militer. Pemahaman sejarah kedua negara yang acap kali berbeda itu, kemudian mendorong Marjolein van Pagee untuk membuat membuat Histori Bersama pada 2016 silam. Sebuah yayasan yang bertujuan untuk menyajikan pengalaman sejarah dari perspektif mereka (Indonesia-Belanda) secara bersama-sama.

Pada Senin (3/4) Marjolein van Pagee, pendiri Histori Bersama, berkesempatan hadir dalam diskusi yang dilaksanakan oleh Departemen Sejarah UGM, di ruang Multimedia, lantai II, gedung Margono FIB UGM. Marjolein menceritakan tentang Histori Bersama dan hubungan historis antara Belanda dan Indonesia. “Indonesia dan Belanda, diakui atau tidak, mereka saling terkoneksi karena kolonisasi, dan itu bukanlah waktu yang sebentar” kata Marjolein. Meski begitu, Marjolein menambahkan, kedua negara mengenang sejarah dengan sudut pandang berbeda. Di Belanda, proses memahami sejarah kolonial kerap kali menimbulkan debat di dalam negeri kincir angin itu. Di sisi lain, Indonesia mungkin tidak berkepentingan untuk membicarakan itu. Kendati demikian, Marjolein menganggap sejarah perang kemerdekaan masih mendapat tempat di kedua negara. “Maka mendiskusikan sejarah kedua negara menjadi penting untuk mengurangi gap di antara kedua negara, terutama agar menimbulkan pemahaman” papar Marjolein.

Menurut Marjolein, pemahaman bersama terkait sejarah kedua negara sangat diperlukan. Hal itu berguna untuk menyembuhkan luka masa lalu kedua negara. “Di Belanda orang mengenang masa 1945-1949 dengan duka cita, bagi mereka yang dikirim ke Indonesia. Sementara Indonesia memeringati masa itu dengan pekik merdeka” jelasnya. Lebih lanjut, perempuan yang mempelajari sejarah kolonial di Universitas Leiden itu menjelaskan alasan hadirnya Histori Bersama. Yayasan itu hadir sebagai jembatan penghubung kedua negara. Saat ini Histori bersama sudah mempunyai website donasi untuk investigasi sejarah yang berisi artikel dari kedua negara. Website itu dapat di akses dengan tiga bahasa, yakni Belanda, Indonesia, dan Inggris. Karena bagi Marjolein penerjemahan menjadi penting untuk menghadirkan dialog kedua negara. Pada akhirnya, Marjoleine berharap apa yang dilakukannya dapat membantu untuk menghindari kesalahpahaman sejarah kedua negara yang saat ini masih berlangsung. Baginya, rekonsiliasi yang sejati datang setelah ada pemahaman. (Sej/Bagus)

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Recent Posts

  • Call for Applications: PhD Programme in Sound Heritage Studies
  • Call for Applications: PhD Programme in Sound Heritage Studies
  • Dr. Sadiah Boonstra’s Public Lecture: Rethinking the Future of Repatriated Objects
  • Dr. Sadiah Boonstra’s Public Lecture: Rethinking the Future of Repatriated Objects
  • The Research Project “Restituting, Reconnecting, and Reimagining Sound Heritage (Re:Sound)” Receives Funding from the Royal Dutch Research Council (NWO) for 2025-2028

Recent Posts

  • Call for Applications: PhD Programme in Sound Heritage Studies
  • Call for Applications: PhD Programme in Sound Heritage Studies
  • Dr. Sadiah Boonstra’s Public Lecture: Rethinking the Future of Repatriated Objects
  • Dr. Sadiah Boonstra’s Public Lecture: Rethinking the Future of Repatriated Objects
  • The Research Project “Restituting, Reconnecting, and Reimagining Sound Heritage (Re:Sound)” Receives Funding from the Royal Dutch Research Council (NWO) for 2025-2028

Archives

  • March 2025
  • February 2025
  • December 2024
  • November 2024
  • October 2024
  • September 2024
  • August 2024
  • July 2024
  • June 2024
  • May 2024
  • April 2024
  • March 2024
  • February 2024
  • January 2024
  • December 2023
  • November 2023
  • October 2023
  • September 2023
  • August 2023
  • July 2023
  • May 2023
  • February 2023
  • January 2023
  • November 2022
  • October 2022
  • September 2022
  • August 2022
  • June 2022
  • May 2022
  • December 2021
  • November 2021
  • October 2021
  • September 2021
  • August 2021
  • May 2021
  • April 2021
  • March 2021
  • November 2020
  • August 2019
  • March 2019
  • December 2018
  • November 2018
  • September 2018
  • May 2018
  • September 2017
  • July 2017
  • May 2017
  • April 2017
  • March 2017
  • February 2017
  • January 2017

Categories

  • agenda
  • agenda
  • alumni
  • alumni
  • announcement
  • beasiswa
  • berita
  • BKMS
  • lowongan
  • news
  • penelitian
  • pengumuman
  • research
  • scholarship
  • selisik
  • summer school
  • summer school
Universitas Gadjah Mada

Departemen Sejarah

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Gadjah Mada

Gedung Soegondo, Lantai 3
Jl. Sosiohumaniora, Bulaksumur Yogyakarta
  +62 274 513 096
+62 813 1444 4274
  sejarah@ugm.ac.id

Akademik

  • Program Sarjana
  • Program Magister

Berita & Agenda

  • Berita
  • Agenda

Tentang

  • Staf
  • Departemen
  • Fakultas
  • UGM

Ikuti Kami

Sejarah UGM

Sejarah UGM

Sejarah UGM

Academic

  • Undergraduate
  • Graduate

News

  • News
  • Agenda

About

  • Staff
  • Department
  • Faculty
  • UGM

Follow Us

Sejarah UGM

Sejarah UGM

Sejarah UGM

© 2025 | Departemen Sejarah UGM

BeritaAgenda

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY