Jum’at (23/7/2024), Departemen Sejarah mengadakan kegiatan Alumni Menyapa bagi para calon wisudawan yang akan mengikuti prosesi wisuda periode IV TA 2023/2024 pada Kamis, 29 Agustus 2024. Kegiatan berupa workshop memasuki dunia kerja ini menghadirkan dua alumni Departemen Sejarah FIB UGM sebagai narasumber, yakni Arif Widjaja dan Iswara Dhani Widyawati. Acara ini berlangsung sejak pukul 09.00-11.30 WIB di Ruang Pimpinan Sidang FIB UGM.
Bagi mahasiswa sejarah, terkadang pertanyaan seputar karir selalu menggelayuti pikiran. Hal ini tidak lepas dari stigma yang muncul di masyarakat tentang terbatasnya pekerjaan bagi lulusan sejarah. Namun, siapa bilang mahasiswa sejarah memiliki pilihan karir yang terbatas? Setidaknya, kedua narasumber yang hadir dalam kegiatan kali ini telah menepis mitos tersebut. Narasumber pertama, yakni Arif Widjaja merupakan seorang motivator dengan pengalaman kerja sebagai Asesor Lembaga Sertifikasi Profesi (LPS) P2 bidang kebudayaan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Lalu, narasumber berikutnya adalah Iswara Dhani Widyawati, seorang pengusaha dan pemilik bisnis dengan brand ‘Box Hantaranku’.
Arif Widjaja menyampaikan materi secara interaktif yang membahas tentang gambaran umum memasuki dunia kerja. Hal yang disampaikan meliputi aspek skill, knowledge dan attitude yang harus dimiliki seorang lulusan sejarah sebagai pelamar kerja. Aspek skill di antaranya meliputi rasa keberanian, percaya diri serta pantang menyerah. Selain itu, para pelamar kerja juga harus memiliki pengetahuan yang baik. Namun, aspek paling utama yang harus dimiliki oleh seorang pelamar kerja adalah attitude atau etika yang baik. Selain itu, Widjaja juga menyampaikan bahwa perkembangan diri kita dalam dunia kerja tergantung pada individu masing-masing. Oleh karena itu, menjadi pribadi yang tidak kaku, pembelajar, dan percaya diri merupakan modal besar yang harus dimiliki oleh para pelamar kerja.
Sementara itu, Iswara menjelaskan tentang pengalamannya dalam membangun usaha pribadi yang bergerak di bidang bisnis kreatif. Bisnis tersebut yakni pembuatan paket hantaran dengan nama brand “Box Hantaranku” untuk acara pernikahan. Ia berbagi pengalamannya sejak merintis usahanya itu di akhir masa kuliah hingga berkembang sampai saat ini. Bahkan, bisnisnya itu telah di-endorse oleh berbagai influencer terkenal. Iswara memang sudah menggeluti dunia kewirausahaan sejak lama. Semasa kuliah, ia aktif dalam Divisi Kewirausahaan BKMS (Badan Keluarga Mahasiswa Sejarah) FIB UGM. Ia bercerita bahwa ketika itu, BKMS sedang membutuhkan dana yang besar untuk mengadakan History Week yang merupakan event tahunan BKMS. Urgensi tersebut membuat Divisi Kewirausahaan dan pengurus BKMS lainnya bekerja keras dalam memperoleh dana. Untuk pertama kalinya, jargon BKMS yang berbunyi “Jaya, Gaya, Kaya” pun lahir dari kondisi tersebut.
Kini, meskipun Iswara bekerja di luar bidang kesejarahan, tetapi kemampuan soft-skill yang selama ini didapat dari proses pembelajaran sejarah tidak sepenuhnya hilang. Dalam menentukan target penjualan, misalnya, Iswara selalu menggunakan keahliannya dalam menganalisis data penjualan periode sebelumnya. Saat ini, ia juga sedang mengembangkan bisnis lainnya yang bergerak di bidang jasa layanan konsep pemotretan. Tidak jarang konsumen yang memakai jasanya itu meminta konsep pemotretan dengan latar masa lalu. Oleh karena itu, ia menekankan bahwa ilmu sejarah bukanlah ilmu yang ‘percuma’ dalam menunjang kelangsungan karirnya.
Penulis: Lenna Aurelia Amalia