Untuk kedua kalinya, Departemen Sejarah FIB UGM mengadakan kegiatan summer school bertema sejarah lingkungan, khususnya dalam bidang sejarah ekologi manusia. Bertempat di Fakultas Ilmu Budaya, summer school tersebut dilaksanakan sejak 15 hingga 20 Juli 2024 yang diikuti oleh 30 peserta dari berbagai kalangan. Kegiatan ini berjalan sukses melalui kolaborasi kolaborasi dari berbagai akademisi dalam maupun luar negeri hingga LSM lingkungan yang aktif melakukan advokasi lingkungan. Beberapa di antaranya yakni Dr. Abdul Wahid, Dr. Farabi Fakih, Prof. Gerry van Klinken, Prof. Nawiyanto, LSM Walhi, dan lain-lain.
Dengan mengusung judul Tanah Air: Indonesian Human Ecology and Environmental Governance, kegiatan summer school kali ini bertujuan untuk mengeksplorasi bentuk-bentuk ontologis tata kelola lingkungan di luar ekstraktivisme kapitalis dan modernisasi negara. Selain itu, summer school kali ini juga menekankan pada pembahasan eksplorasi untuk mengingat ulang memori kolektif tentang kisah maupun pengetahuan yang tersimpan lama dalam masyarakat serta membayangkan bentuk kebangsaan dan kewarganegaraan ekologi yang berakar dari tradisi lokal.
Dalam pelaksanaannya, terdapat tiga pendekatan yang digunakan pada summer school kali ini. Pertama, pendekatan berbasis lokasi, yakni para peserta akan melakukan studi lapangan untuk mengeksplorasi, mengembangkan pertanyaan, dan berdiskusi dengan komunitas serta mengamati ekologi manusia. Kedua, pendekatan sejarah lisan dan sumber sejarah lainnya yang mana peserta akan merekonstruksi sebuah peristiwa dengan temuan sumber yang ada untuk selanjutnya membangun pemahaman ontologis baru. Ketiga, pendekatan multidisiplin yang mana peserta akan diminta melakukan penelitian dan penulisan bersama dengan melibatkan mahasiswa atau akademisi dari berbagai disiplin keilmuan.
Rangkaian summer school ini dibuka oleh Dr. Abdul Wahid selaku kepala Departemen Sejarah UGM dan Dr. Farabi Fakih selaku koordinator kegiatan summer school pada Senin, 15 Juli 2024. Selanjutnya, acara diisi dengan penyampaian materi bertajuk Environmental History and Activism in Light of Climate Change oleh Dr. Farabi Fakih. Setelah itu, ada Prof. Gerry van Klinken dari KITLV yang memberikan materi berjudul Sistem Dunia dan Sejarah Lingkungan Hidup serta presentasi terakhir berjudul Saving the Environment: Environmental Movements in Colonial and Postcolonial Java yang disampaikan oleh Prof. Nawiyanto dari Universitas Negeri Jember. Pada hari kedua, yakni Selasa, 16 Juli 2024, sesi materi bertajuk Buffalo Regimes: A More-Than-Human History of Global Capitalism dipresentasikan oleh Dr. Guamian Xu dari Peking University. Selanjutnya, materi bertajuk Mempertimbangkan Posisi Binatang dalam Kajian Sejarah Lingkungan Hidup dipaparkan oleh Dr. Abdul Wahid. Lalu, materi terakhir berjudul Karen Indigenous Approaches to Environmental Governance: Integrating Knowledge, Culture, and Political Agency dipresentasikan oleh Prof. Diana Suhardiman dari KITLV.
Pada hari ketiga dan keempat, yakni 17-18 Juli 2024, para peserta selanjutnya melakukan kunjungan lapangan dengan empat tujuan, yakni kawasan pasir besi di Karangwuni (Kulon Progo), sentra pertanian surjan di Pleret (Kulon Progo), TPST Piyungan dan Gumuk Pasir di Bantul. Pada hari kelima, peserta kembali mengikuti kegiatan materi di kelas. Presentasi berjudul In the Shadow of the volcano and the Along the River: The Cultural Ecology of Yogyakarta disampaikan Dr. Siti Nurleily Marliana. Lalu, materi bertajuk Turning Defenders into Defendants: The Use of Lawfare against Environmental Activist in Indonesia oleh Dr. Agung Wardana. Materi terakhir berjudul Understanding the History of Food and Farming from Below: Anti-Commodity and Counter-Plantation dipresentasikan oleh Dr. Harro Maat dari Wageningen University. Kemudian, pada hari terakhir summer school (Sabtu, 20 Juli 2024), para peserta yang telah dibagi menjadi beberapa kelompok pun melakukan kegiatan presentasi.
Dengan berbagai rangkaian kegiatan di atas, kegiatan summer school kali ini diharap dapat mengembangkan pengetahuan penelitian lapangan serta metodologi akademik. Kegiatan ini juga diharap mampu menjadi media dalam membangun relasi yang kuat antar berbagai pihak yang hadir di dalamnya. Selain itu, kegiatan summer school ini diharap dapat membangun analisis kritis terhadap sejarah lingkungan yang berdampak secara transformatif bagi perkembangan ilmu sejarah di masa depan.
Penulis: Junnio Chelsa Putra Setyana
Penyunting: Lenna Aurelia Amalia