Setelah hampir satu tahun mengalami pandemi, metode pembelajaran virtual seharusnya tak lagi menghalangi. Hal ini dibuktikan oleh Departemen Sejarah UGM yang sukses mengadakan virtual summer school bertajuk “The 3rd International Summer School- Resilience and Control: Transmissible Disease and the Rise of Modern Society.” Virtual Summer School pertama yang diadakan oleh Fakultas Ilmu Budaya UGM sejak pandemi ini berlangsung pada 2-22 Agustus 2021. Acara ini dibuka oleh Kepala Kantor Urusan Internasional UGM, I Made Andi Arsana, S.T., M.Sc, Ph.D yang kemudian dilanjutkan oleh sambutan pembuka dari perwakilan universitas rekanan, Prof. Dr. Kate McGregor dari Melbourne University Australia, dan Kepala Departemen Sejarah FIB UGM, Dr. Abdul Wahid.
Virtual Summer School yang mencoba menelisik sejarah pandemi di dunia ini berhasil mengundang dua puluh pembicara dari berbagai universitas unggulan di dunia. Universitas-universitas ini antara lain adalah Cornell University AS, Rijksuniversiteit Groningen Belanda, University of Malaya Malaysia, Melbourne University Australia, Chulalongkorn University Thailand, Universitas Padjadjaran, dan beberapa pembicara tuan rumah dari Universitas Gadjah Mada.
Sementara itu, tidak kalah semarak, peserta virtual summer school yang berjumlah lima puluh dua orang juga berasal dari dua belas negara. Kedua belas negara tersebut antara lain Prancis, India, Sri Lanka, Thailand, Malaysia, Vietnam, Singapura, Taiwan, Republik Rakyat Tiongkok, Filipina, Timor Leste, dan Indonesia. Selama perkuliahan, peserta juga disuguhi acara hiburan seperti kunjungan virtual ke Museum Kebangkitan Nasional Jakarta dan Museum Sonobudoyo Yogyakarta. Di akhir perkuliahan, peserta diwajibkan mempresentasikan hasil penelitian kecilnya di hadapan panelis. Tak hanya berkaitan dengan Covid-19, beberapa kelompok peserta memilih untuk meneliti tentang Flu Burung yang pernah menjangkiti Asia dan persepsi masyarakat tentang penggunaan obat-obatan tradisional.
Acara ini ditutup pada tanggal 22 Agustus 2021 oleh Kepala Departemen Sejarah FIB UGM, Dr. Abdul Wahid. Melalui pidato penutupannya, Dr. Abdul Wahid memuji komitmen dan kerja keras peserta yang tak surut meskipun summer school diadakan secara virtual. “Mengikuti seluruh rangkaian acara ini bukanlah pekerjaan mudah, tetapi kalian semua berhasil menyelesaikannya dengan baik. Selamat!” ujar Dr. Abdul Wahid yang juga merupakan ketua panitia Summer School 2021.
Pada sesi penutupan, beberapa peserta juga membagikan pengalamannya mengikuti virtual summer school yang diselenggarakan oleh Departemen Sejarah UGM. Nikko Jay Ramos, seorang peserta dari Filipina, mengatakan bahwa pada awalnya ia merasa khawatir tak bisa mendapatkan banyak teman karena acara yang diselenggarakan secara daring. “Namun, saya salah. Saya mendapatkan banyak teman dari acara ini,” ujar Nikko. Trinh Hoang My Duong, seorang peserta dari Vietnam yang memiliki nama Indonesia ‘Matahari’, pula mengamini perkataan Nikko. Duong bahkan menambahkan: “saya tak sabar mengunjungi kalian semua jika situasi berangsur membaik.”
Acara yang sepenuhnya berlangsung secara daring ini disukseskan oleh panitia dari Departemen Sejarah UGM yang diawaki oleh gabungan dari tenaga pengajar, tenaga kependidikan, alumni, dan beberapa mahasiswa S1. (Satrio Dwicahyo)