Rabu, 20 September 2023—“The New Path of Indonesian-Dutch Historiography” merupakan judul dari kegiatan seminar, peluncuran, dan bedah buku tentang revolusi yang diadakan oleh Departemen Sejarah UGM. Kegiatan ini merupakan kolaborasi dari Departemen Sejarah UGM dengan KITLV, NIMH, NIOD, dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Seminar yang dihadiri oleh mahasiswa sejarah dan umum, diadakan pukul 09.00-13.00 WIB ini dibuka dengan sambutan dekan FIB UGM yang dilanjutkan dengan peluncuran tiga buku tentang Revolusi Indonesia hasil kolaborasi peneliti Indonesia dan Belanda. Adapun tiga buku tersebut antara lain berjudul 1) Dunia Revolusi, 2) Merdeka, dan 3) Melewati Batas.
Seminar ini dibagi menjadi lima sesi, dengan tiga sesi pertama dilaksanakan di Auditorium Soegondo lantai 7, dan dua sesi terakhir selanjutnya dilaksanakan di ruang Soegondo 709 pukul 13.00 hingga 15.00 WIB, yang hanya dapat dihadiri oleh tamu undangan. Sesi pertama yang dimoderatori Dr. Abdul Wahid menghadirkan Prof. Diana Suhardiman dan Prof. Wening Udasmoro yang membahas mengenai refleksi pengalaman KITLV-UGM dalam mengadakan kolaborasi proyek penulisan buku. Sesi kedua merupakan pengenalan buku “Dunia Revolusi: Perspektif dan Dinamika Lokal Pada Masa Perang Kemerdekaan Indonesia, 1945-1949”. Sesi ini dimoderatori oleh Dr. Widya Fitria Ningsih dengan menghadirkan pembicara antara lain Martijn Eickhoff, Ireen Hoogenboom, Dr. Abdul Wahid, Dr. Yulianti, Farabi Fakih, Julianto Ibrahim dan Galuh Ambar Sasi yang membahas mengenai perspektif historiografi masing-masing dalam melihat periode revolusi. Prof. Henk Schulte Nordholt memberikan paparannya mengenai buku berjudul “Merdeka: Perang Kemerdekaan dan Kebangkitan Republik yang tak Pasti” bersama Prof. Bambang Purwanto di sesi ketiga yang dimoderatori oleh Dr. Yulianti.
Setelah makan siang, acara dilanjutkan dengan sesi keempat yang dimoderatori oleh Agus Suwignyo dengan menghadirkan para penulis buku “Melampaui Batas: Kekerasan Ekstrim Belanda Dalam Perang Kemerdekaan Indonesia, 1945-1949”, antara lain Gert Oostindie, Eveline Buchheim, dan Remy Limpach. Selanjutnya yakni sesi roundtable discussion yang membahas mengenai jalan baru Historiografi Indonesia-Belanda yang dimoderatori oleh Abdul Wahid. Beberapa pembicara dalam sesi ini antara lain Prof. Bambang Purwanto, Farabi Fakih, Muhammad Yuanda Zara, Henk Schulte Nordholt, Martijn Eickhoff, Remy Limpach, dan Ireen Hoogenboom. Pada kesempatan kali ini, para tamu undangan berdiskusi dan tanya jawab, hingga pukul 15.00 WIB. Seluruh rangkaian seminar pada hari rabu tersebut diakhiri dengan acara makan malam bersama dengan para penulis, peneliti, staff panitia, dan tamu undangan lainnya di Sasanti Restaurant pukul 18.30 hingga 20.00 WIB.
Penulis: Yuni Setya