Kolokium Sejarah UGM pada Rabu 8 November 2023 menghadirkan Farandika Daneswara dan Desy H. Sitepu sebagai pemakalah, serta Dr. Abdul Wahid dan Heri Priyatmoko sebagai pembahas. Kegiatan ini diadakan secara luring di Gedung Soegondo ruang 709 dan daring melalui zoom. Adapun peserta dari kolokium ini adalah mahasiswa S2 Sejarah UGM. Kolokium ini diselenggarakan untuk memberi penilaian terhadap kesiapan mahasiswa peserta dalam membuat kajian literatur untuk tesis dan menyediakan forum bagi mahasiswa untuk berlatih mempresentasikan hasil penelitian.
Farandika Daneswara memaparkan rencana tesisnya yang berjudul “Balada Ruang Marjinal: Transformasi Politik Kampung Menjadi Kekuatan Politik di Kota Surabaya, 1950-1965.” Dalam presentasinya, Daneswara menampilkan materinya dalam bentuk grafik yang unik dan informatif. Ia juga menampilkan foto arsip dan surat kabar yang ia gunakan untuk penelitiannya, diantaranya adalah Harian Rakjjat, Soerabaja Post, Swara Oemoem, Java Bode, dan lain sebagainya.
Desy Hariyanti Sitepu memaparkan rencana tesisnya yang berjudul “Kebijakan Perumahan Rakyat dan Perbaikan Kampung di Kota Medan 1909-1940an.” Ia mengambil topik ini karena munculnya paradoks dari modernitas Kota Medan yang digadang-gadang sebagai “Paris van Soematra” pada masa kolonial Belanda dan munculnya problem permukiman di kota ini. Desy juga menampilkan foto dan peta yang menggambarkan situasi perumahan di Kota Medan, serta sumber primer dari laporan resmi pemerintah dan surat kabar Kolonial Belanda.
“Dalam konteks historiografi, ciptakan periode sendiri. Artinya jangan hanya mengikuti temporal yang sudah ada, tetapi cobalah untuk membuat bagaimana peristiwa itu diciptakan dari narasi-narasi yang sudah muncul.” Salah satu komentar Heri Priyatmoko dalam kolokium tersebut.
Kedua pembahas dalam kolokium ini memberikan tanggapan, baik berupa kritik maupun saran yang membangun untuk penelitian kedua mahasiswa S2 ini. Diantaranya adalah tanggapan untuk memperjelas informasi secara konseptual, saran untuk membalikkan perspektif dan meletakkan warga kampung sebagai aktor sejarah, pertanyaan-pertanyaan teknis terkait materi yang disampaikan, serta saran bacaan dari disertasi, buku, dan tesis.
Penulis: Yuni Setya