
Program Studi Magister Sejarah kembali menggelar kegiatan MasterClass pada Selasa, 20 Mei 2025. Pada kesempatan kali ini, Program Studi Magister Sejarah bekerja sama dengan Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada (UGM). Diselenggarakan di Ruang 315 atau Laboratorium Sejarah Gedung Soegondo, kegiatan ini menghadirkan Dr. Harro Maat sebagai pembahas.
Saat ini, Harro Maat merupakan seorang associate professor di Knowledge, Technology, and Innovation Group, Wageningen University and Research (WUR), salah satu institusi di Belanda yang berfokus di bidang penelitian ilmu hayati dan pertanian. Harro Maat sendiri telah banyak mengkaji soal pertanian serta perkebunan, salah satunya di Indonesia masa kolonial. Sehari sebelumnya (19/05), ia juga sempat memberikan kuliah umum bertajuk “The Colonial Reshaping of Agriculture on Java: The role of Western science and farmers’ knowledge” di Ruang Multimedia, lantai 2 Gedung RM. Margono Djojohadikusumo.
Kegiatan MasterClass berlangsung dengan santai namun intensif, dimulai pada pukul 09.00 WIB dan berakhir sekitar pukul 13.30 WIB. Agar diskusi dapat terlaksana secara sistematis, bentuk kegiatan didesain dengan cara membagi semua peserta ke dalam empat sesi, yang masing-masing sesinya terdiri dari tiga peserta. Tiga sesi pertama berlangsung hingga pukul 11.45 WIB. Setelah jeda istirahat makan siang, sesi keempat dilanjutkan pada 12.30 WIB.
MasterClass ini dimoderasi langsung oleh Dr. Farabi Fakih, serta dihadiri oleh Dr. Dyah Woro Untari dari Fakultas Pertanian UGM—yang juga merupakan staf pengajar di Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan. Sementara itu, peserta yang ikut dalam MasterClass kali ini tidak hanya diikuti oleh mahasiswa dari disiplin ilmu sejarah. Dari 12 peserta yang hadir, 8 di antaranya merupakan mahasiswa dari Program Studi Magister Sejarah, sementara 4 lainnya merupakan mahasiswa dari Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan. Beberapa hari sebelum kegiatan dilaksanakan, setiap peserta telah diminta menyiapkan ringkasan rencana atau hasil penelitian mereka untuk dibahas oleh Harro Maat.
Seluruh peserta berkesempatan untuk mempresentasikan topik rencana penelitiannya secara lisan dalam MasterClass tersebut. Mereka juga membagikan cerita mengenai kendala yang dialami selama mengerjakan penelitian. Pada setiap akhir sesi, Harro Maat kemudian memberi komentar dan masukan serta saran kepada setiap peserta. Selain itu, peserta lain juga diberikan kesempatan untuk bertanya dan memberikan tanggapan untuk rekan-rekan mereka sebagai sesama mahasiswa.
Topik penelitian yang didiskusikan mencakup beberapa tema, mulai dari sejarah infrastruktur kesehatan, produksi dan transmisi ilmu pengetahuan, ekstraksi hasil hutan, konservasi hewan, perkebunan kelapa sawit, pertanian, hingga peran petani milenial dan isu ketahanan pangan.
Harro Maat mengaku senang bisa bertemu dan berbagi dalam kegiatan MasterClass tersebut. Menurutnya, ragam tema penelitian yang diambil oleh para peserta, semuanya sangat menarik. Ia bahkan menilai beberapa judul penelitian yang diambil tampak setara dengan riset di jenjang Ph.D. Oleh karena itu, ia menyarankan agar seluruh peserta bisa membuat risetnya lebih fokus dan spesifik. “Dengan tidak mengulangi hal-hal yang sudah dikerjakan sebelumnya dan mampu menunjukkan kebaruan, itu sudah cukup,” katanya.
Alfin Ganendra Albar, salah satu peserta, mengaku senang dengan acara tersebut. “Menurutku, acara tadi sangat bagus buat penajaman tesisku. Senang juga karena dapat pengalaman baru,” ujar mahasiswa yang mengkaji soal riwayat pembangunan infrastruktur kesehatan itu. Di samping adanya kolokium, penyelenggaraan MasterClass juga merupakan salah satu upaya Program Studi Magister Sejarah untuk membantu serta mendorong mahasiswa agar dapat menyelesaikan tugas akhir mereka. Hal tersebut disampaikan oleh Farabi Fakih selaku Ketua Program Studi Magister Sejarah. Oleh karena itu, penyelenggaraan MasterClass ini secara sengaja dibuat terbatas dan ditujukan secara khusus bagi mahasiswa yang tengah mengerjakan tugas akhir. “Kita berharap MasterClass ini dapat membantu mahasiswa di jenjang magister agar dapat menyelesaikan penelitiannya lebih cepat,” ujarnya di akhir acara.