Pada hari Rabu (5/6/2024), Departemen Sejarah FIB UGM kembali menerima kunjungan kuliah lapangan dan universitas lain. Kali ini, Departemen Sejarah kedatangan para dosen dan mahasiswa semester empat dari Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA). Kedatangan mereka disambut dengan hangat oleh Dr. Farabi Fakih, M.Phil. atau biasa dipanggil Mas Abi selaku dosen sekaligus Kepala Program Studi Magister Sejarah FIB UGM. Acara tersebut berlangsung di Ruang Multimedia, lantai 2 Gedung Margono sejak pukul 08.30 hingga 11.00 WIB.
Kegiatan diawali dengan pengenalan Departemen Sejarah sebagai salah satu jurusan sejarah tertua di Indonesia oleh Mas Abi dan dilanjutkan dengan penyampaian maksud serta tujuan kunjungan ketika itu oleh Ibu Yuni Maryuni, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah, FKIP, UNTIRTA. Kemudian, Mas Abi menjelaskan lebih jauh mengenai keilmuan yang berkembang di Departemen Sejarah UGM sendiri. Beliau menyampaikan bahwa secara tradisional, kajian keilmuan yang berkembang di Departemen Sejarah UGM sangat kuat pada bidang sejarah sosial dan sejarah pedesaan yang dirintis oleh Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo. Namun, saat ini, Departemen Sejarah UGM sedang mengembangkan fokus kajian di bidang sejarah lingkungan, critical heritage, politik internasional, serta kearsipan. Lalu, Mas Abi juga menceritakan bagaimana cara mengajarnya terhadap mahasiswa S1 Sejarah UGM. Ia menekankan tentang pentingnya membaca dengan cara memberikan bahan bacaan untuk di-review kepada para mahasiswanya. Ketika kelas berlangsung, mahasiswa akan berdiskusi tertarik bacaan tersebut. Mas Abi menuturkan bahwa metode belajar seperti itu akan membantu mengembangkan strategi mahasiswa, khususnya dalam mengatur waktu.
Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya-jawab. Pertanyaan yang dilontarkan oleh para dosen serta mahasiswa UNTIRTA di antaranya terkait kurikulum, keistimewaan, dan kultur akademik yang berkembang dalam program studi magister sejarah serta sistem kelola laboratorium sejarah UGM. Mas Abi menjawab bahwa mata kuliah maupun jumlah SKS (satuan kredit semester) yang diterapkan di prodi magister sejarah disesuaikan dengan standar internasional sehingga dapat menghasilkan alumni yang berkualitas. Adapun kultur yang diterapkan yakni mendorong potensi mahasiswa agar dapat bersaing di level internasional. Lalu, berkaitan dengan laboratorium, Mas Abi menyampaikan bahwa laboratorium sejarah berfungsi sebagai sarana pengembangan riset dan penulisan sejarah serta media menyimpan transkrip sejarah lisan.
Selanjutnya, sharing session antara mahasiswa UNTIRTA dengan perwakilan beberapa pengurus Badan Keluarga Mahasiswa Sejarah (BKMS) pun dilakukan. Pihak BKMS sendiri diwakili oleh Verdelista Frisca selaku wakil ketua, Iqbal Tafqy selaku staf Divsi Hubungan Masyarakat, serta penulis sendiri (Junnio Chelsa) selaku staf Divisi Kajian, Penelitian dan Pengembangan. Hal yang dibahas ketika itu berkaitan dengan kerja-kerja organisasi BKMS serta kegiatan akademik mahasiswa. Dalam sesi terakhir, kegiatan pun ditutup dengan penyerahan kenang-kenangan dari UNTIRTA dan dilanjut dengan kunjungan ke perpustakaan dan laboratorium Departemen Sejarah.
Penulis: Junnio Chelsa Putra Setyana
Penyunting: Lenna Aurelia Amalia