
Pada hari Selasa, 4 Februari 2025, telah dilaksanakan diskusi sejarah yang bertempat di ruang 709, Lantai 7, Gedung Soegondo, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Acara ini berlangsung dari pukul 15.00 hingga 17.00 WIB dan dihadiri oleh berbagai akademisi serta peneliti sejarah, baik dari Indonesia maupun dari luar negeri, termasuk kolega peneliti dari Belanda yang tengah melakukan perjalanan menapak tilas sejarah pasca Perang Dunia II di Indonesia.
Diskusi ini secara resmi dibuka oleh Bapak Dr. Abdul Wahid, M.A., selaku Kepala Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya UGM. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya kajian sejarah yang berbasis pada kerja sama akademik antara Indonesia dan Belanda guna mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai periode dekolonisasi dan dampaknya bagi kedua negara.
Acara ini terdiri dari dua sesi panel presentasi yang membahas penelitian-penelitian terbaru mengenai sejarah perang kemerdekaan Indonesia dan berbagai dinamika politik serta sosial yang menyertainya. Panel pertama diisi oleh Martijn Eickhoff dengan presentasi bertajuk Over de Grens: Beyond the Pale (Melewati Batas). Dalam paparannya, Eickhoff mengulas berbagai perdebatan akademik di Belanda mengenai Perang Kemerdekaan Indonesia dari tahun 1950 hingga 2010, upaya advokasi penelitian sejarah yang mendapat dukungan dari pemerintah Belanda, serta kesimpulan utama dari penelitian yang menunjukkan bahwa kekerasan ekstrem oleh tentara Belanda selama perang tersebut tidak dapat lagi dianggap sebagai insiden yang terisolasi.
Panel kedua disampaikan oleh Dr. Abdul Wahid, M.A., dan Dr. Yulianti, membahas hasil penelitian kolaboratif antara Universitas Gadjah Mada dan KITLV mengenai Proklamasi Kemerdekaan, Revolusi, dan Perang di Indonesia pada periode 1945-1949. Diskusi dalam panel ini menyoroti berbagai pendekatan historiografi yang digunakan dalam penelitian tersebut, tantangan yang dihadapi dalam menggabungkan perspektif Indonesia dan Belanda, serta kontribusi penelitian ini dalam membentuk generasi baru sejarawan Indonesia yang mampu terlibat dalam diskursus sejarah global.
Selama diskusi berlangsung, para peserta aktif mengajukan berbagai pertanyaan dan tanggapan yang memperkaya pemahaman mengenai tema yang dibahas. Beberapa topik yang banyak disoroti adalah bagaimana negara-negara kolonial mempertanggungjawabkan tindakan militernya di masa lalu, dampak kekerasan terhadap masyarakat Indonesia, serta bagaimana historiografi Indonesia dan Belanda dapat terus berkembang melalui kolaborasi akademik yang lebih erat.
Acara ini ditutup dengan pernyataan dari moderator yang menyimpulkan bahwa penelitian sejarah tidak hanya bertujuan untuk menggali fakta-fakta masa lalu, tetapi juga berkontribusi dalam membangun pemahaman yang lebih adil dan berimbang mengenai sejarah bersama antara Indonesia dan Belanda. Para peserta diharapkan dapat terus mengembangkan diskusi akademik ini dalam berbagai forum lain guna memperkaya wacana sejarah dekolonisasi Indonesia.
Penulis: Muhammad Faisal Adnan