• UGM
  • FIB
  • Webmail
  • Academic Portal
  • Indonesia
    • Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Departemen Sejarah
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Tentang
    • Departemen
    • Staf
    • Kontak
  • Akademik
    • Program Sarjana
      • Mata Kuliah Program Sarjana
      • Magang/Kegiatan Luar Kampus
      • Klinik Skripsi
    • Program Magister
      • Mata Kuliah Program Magister
      • Kolokium
    • Summer School
    • Intended Learning Outcomes (ILOs)
  • Kabar
    • Berita
    • Agenda
  • Riset
    • Internal
    • Kerja Sama
  • Publikasi
    • Lembaran Sejarah
    • Histma
    • Publikasi Staf
  • Mahasiswa
    • BKMS
    • History Week
  • Alumni
    • Kasagama
    • Career Development Center
  • Beranda
  • berita
  • Peluncuran Buku dan Diskusi Akademik “Nusakambangan Luar Dalam”

Peluncuran Buku dan Diskusi Akademik “Nusakambangan Luar Dalam”

  • berita
  • 1 November 2025, 11.34
  • Oleh: sejarah
  • 0

Pada hari Senin, 27 Oktober 2025 Departemen Sejarah mengadakan kegiatan Peluncuran dan Diskusi Buku “Nusakambangan Luar Dalam” suatu karya Historiografis dari Dr. Klass Stutje seorang Sejarawan dan Peneliti dari NIOD dan Universiteit van Amsterdam Belanda. Ia tertarik pada kajian sejarah sosial masyarakat di Hindia Belanda yang ditinjau dari sudut pandang akar rumput di mana narasi terkait kelompok masyarakat marjinal menjadi fokus utama dari kajian dan narasi Historis yang dikembangkannya. Pada kegiatan ini pula turut hadir Dr. Wildan Sena Utama dan Joss Wibisono yang mewakili Departemen Sejarah UGM yang pada kegiatan ini diberikan kesempatan untuk menjadi moderator dan juga penanggap dari diskusi akademik yang dilakukan oleh Dr. Klass Stutje. Kegiatan ini turut dihadiri pula oleh Mahasiswa S1 dan S2 serta beberapa Civitas Akademika Fakultas Ilmu Budaya UGM.

Dalam Diskusi dan Peluncuran Buku “Nusakambangan Luar Dalam” ini, Dr. Klass Stutje berusaha untuk memberikan penjelasan dan paparan terkait situasi sosial, topografi, politik, dan ekonomi yang berjalan di kawasan Pulau Nusakambangan yang sejak periode kolonial sudah dikenal sebagai sebuah “Prision Island” atau Pulau Penjara. Pembahasan dimulai dengan penjelasan terkait konsep dan pandangan Pemerintah Kolonial terkait stabilitas tanah koloni yang secara penuh tidak pernah tercipta. Hal ini dikarenakan sejak setidaknya abad ke-19, terjadi peningkatan angka perlawanan dan pemberontakan dari masyarakat Bumiputera di berbagai wilayah Hindia Belanda yang berdampak pada tingginya kebutuhan akan Rumah Tahanan untuk mengakomodasi peningkatan jumlah tahanan perang tersebut. Nusakambangan menjadi salah satu wilayah yang memiliki kedudukan paling strategis dan diunggulkan untuk menjawab kebutuhan akan Rumah Tahanan ini. Narasi terkait Nusakambangan yang erat kaitannya dengan Pulau Tahanan dan Pulau Kriminal ini kemudian menumbuhkan stigma dan pandangan negatif sebagian besar masyarakat terkait pulau ini yang selalu dilekatkan dengan tempat berjalannya berbagai aktivitas terlarang dan ilegal dalam norma hukum ataupun sosial yang berlaku dalam masyarakat. Namun, dalam karya ini, Dr. Klass Stutje tidak hanya menyoroti persoalan terkait aktivitas penahanan dan hukum semata yang dijalankan di Pulau Nusakambangan, melainkan pula turut menyoroti persoalan sosial dan ekonomi yang terjadi antara masyarakat,”tahanan”, dan Petugas Penjara yang menetap di Pulau ini dengan berbagai dinamika yang terjadi.

Beberapa hal menarik yang didapatkan dari seminar ini adalah narasi dan penjelasan terkait aktivitas ekonomi dan konflik-konflik sosial secara horizontal yang terjadi di wilayah Pulau Nusakambangan. Salah satunya pada paruh awal abad ke-20, Nusakambangan dikenal sebagai kawasan penghasil komoditas karet yang diolah sebagai komoditas penunjang aktivitas produksi seperti ban dan karet seal untuk berbagai mesin yang dijalankan dalam industri di Hindia Belanda. Sebagian besar tenaga kerja yang digunakan untuk menjalankan aktivitas produksi perkebunan karet di Pulau Nusakambangan ini pula berasal dari para tahanan di mana mereka bekerja di bawah pengawasan dan aturan ketat yang dijalankan oleh Pemerintah Kolonial. Aktivitas kerja wajib di perkebunan-perkebunan karet ini, dalam berbagai literatur disebutkan sebagai salah satu rangkaian dari hukuman yang harus dijalankan oleh tahanan di Pulau Nusakambangan. Di samping itu, informasi menarik lainnya yang berkaitan dengan aktivitas transaksional dan konflik-konflik horizontal yang terjadi antara warga binaan dan para sipir kolonial utamanya yang berkaitan dengan suap untuk mendapatkan jam akses di luar sel secara lebih panjang ataupun tindakan kekerasan seksual dan kriminalitas yang terjadi antara warga binaan dengan masyarakat Bumiputera yang tinggal dan menempati Pulau Nusakambangan. Selain itu, sistem penahanan di Nusakambangan pula tidak dapat dilepaskan dari konteks segregasi sosial yang dibangun oleh Pemerintah Kolonial di tanah koloni di mana sebagian besar tahanan yang ditempatkan di Pulau ini adalah masyarakat Bumiputera laki-laki yang tidak memiliki hubungan kekerabatan ataupun menduduki posisi strategis sebagai seorang pejabat ataupun “priyayi” Bumiputera.

Dalam sesi diskusi muncul beberapa pertanyaan dan masukan terhadap karya Dr. Klass Stutje “Nusakambangan Luar Dalam.” Buku ini dianggap belum terlalu banyak menyoroti nasib para tahanan perang setelah menyelesaikan masa tahanan mereka di Pulau Nusakambangan. Selain itu, buku ini juga menjadi tantangan sekaligus peluang bagi penulis lainnya untuk melengkapinya dengan menggunakan sumber-sumber seperti wawancara lisan, kajian arsip, dan kajian media pers yang dituliskan berdasarkan sudut pandang masyarakat Bumiputera ataupun kelompok sosial lain di luar masyarakat Eropa. Dengan demikian, penggunaan sumber-sumber tersebut diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang Pulau Nusakambangan yang menyeluruh dan komperhensif.


Penulis: Mochamad Rizky Saputra



Tags: Nusakambangan SDGs 17 SDGs 4

Berita Terakhir

  • Peluncuran Buku dan Diskusi Akademik “Nusakambangan Luar Dalam”
  • Peluncuran Website Program Penelitian “New Futures for Indonesian Objects”
  • Studi Wawasan “Bahasa dan Ciri Khas Kolonialisme Belanda di Nusantara”
  • Peluncuran dan Pembahasan Buku “Rethinking Histories of Indonesia: Experiencing, Resisting, and Renegotiating Coloniality”
  • Kuliah Tamu “Pengenalan Perspektif Baru Penulisan Sejarah Militer”

Arsip

  • November 2025
  • Oktober 2025
  • Juli 2025
  • Maret 2025
  • Februari 2025
  • Desember 2024
  • November 2024
  • Oktober 2024
  • September 2024
  • Agustus 2024
  • Juli 2024
  • Juni 2024
  • Mei 2024
  • April 2024
  • Maret 2024
  • Februari 2024
  • Januari 2024
  • Desember 2023
  • November 2023
  • Oktober 2023
  • September 2023
  • Agustus 2023
  • Juli 2023
  • Mei 2023
  • Februari 2023
  • Januari 2023
  • November 2022
  • Oktober 2022
  • September 2022
  • Agustus 2022
  • Juni 2022
  • Mei 2022
  • Desember 2021
  • November 2021
  • Oktober 2021
  • September 2021
  • Agustus 2021
  • Mei 2021
  • April 2021
  • Maret 2021
  • November 2020
  • Agustus 2019
  • Maret 2019
  • Desember 2018
  • November 2018
  • September 2018
  • Mei 2018
  • September 2017
  • Juli 2017
  • Mei 2017
  • April 2017
  • Maret 2017
  • Februari 2017
  • Januari 2017

Kategori

  • agenda
  • alumni
  • beasiswa
  • berita
  • lowongan
  • penelitian
  • pengumuman
  • selisik
  • summer school
Universitas Gadjah Mada

Departemen Sejarah

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Gadjah Mada

Gedung Soegondo, Lantai 3
Jl. Sosiohumaniora, Bulaksumur Yogyakarta
  +62 274 513 096
+62 813 1444 4274
  sejarah@ugm.ac.id

Akademik

  • Program Sarjana
  • Program Magister

Berita & Agenda

  • Berita
  • Agenda

Tentang

  • Staf
  • Departemen
  • Fakultas
  • UGM

Ikuti Kami

Sejarah UGM

Sejarah UGM

Sejarah UGM

© 2025 | Departemen Sejarah UGM

BeritaAgenda

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY