• UGM
  • FIB
  • Webmail
  • Academic Portal
  • Languages
Universitas Gadjah Mada Departemen Sejarah
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Tentang
    • Departemen
    • Staf
    • Kontak
  • Akademik
    • Program Sarjana
      • Mata Kuliah Program Sarjana
    • Program Magister
      • Mata Kuliah Program Magister
    • Summer School
    • MBKM
  • Kabar
    • Berita
    • Agenda
  • Penelitian
  • Publikasi
    • Lembaran Sejarah
    • Histma
  • Alumni
    • Kasagama
    • Career Development Center
  • Beranda
  • berita
  • Pendidikan Anak Perempuan Masa Hindia Belanda

Pendidikan Anak Perempuan Masa Hindia Belanda

  • berita
  • 21 July 2017, 13.27
  • Oleh: admin
  • 0

Pendidikan masa kolonial selalu identik dengan politik etis. Sebuah kebijakan balas budi kepada tanah koloni, alih-alih sebelumnya mengekploitasi. Hal ini berakibat pada historiografi yang membahas pendidikan kolonial selalu berfokus pada pemerintah. Bahwa pendidikan tidak bisa lahir tanpa ada campur tangan pemerintah –Hindia Belanda. Hal itu diutarakan Kirsten Kamphius dalam seminar yang bertajuk ‘Gadis-Gadis Kita’ : Taman Siswa as an example Gendered education in the Netherland Indies 1922-1942, pada Rabu (19/7) di Ruang Multimedia Gedung Margono FIB UGM.

Kirsten berpendapat dengan banyaknya penonjolan peran pemerintah dalam historiografi pendidikan, maka berpotensi hanya memberi sedikit ruang untuk tema-tema lain. Oleh karena itu, sebagai upaya menentang gagasan bahwa pendidikan kolonial adalah semata-mata masalah tata pemerintahan, ia kemudian meneliti tentang pengalaman anak-anak perempuan masa kolonial. “Dalam penelitian yang sebenarnya adalah  proyek Ph.D. saya ini, saya berusaha menganalisis pendidikan namun berfokus pada pendidikan anak perempuan di empat wilayah Hindia Belanda antara tahun 1880 sampai 1940,” paparnya.

Pemilihan masa kanak-kanak adalah sebagai alat metodologis, yakni menggunakan kategori gender dan usia. Sementara itu fokus penelitian, dimana ia bisa melihat praktik pendidikan masa kolonial adalah pada lembaga pendidikan non-pemerintah seperti sekolah islam dan Kristen. “Dengan membandingkan berbagai tanda dan pola pengajaran di sekolah-sekolah itu, saya ingin menyelidiki bagaimana perkembangan pendidikan anak-anak perempuan masa kolonial,” jelasnya.

Lebih jauh alumnus pascasarjana Universitas Leiden itu melihat pola pendidikan pada anak perempuan adalah cerminan perkembangan masyarakat kolonial yang lebih luas. Dalam artian, ia bisa melihat perubahan posisi perempuan masa itu : di pasar tenaga kerja sampai kelahiran gerakan antikolonial.

Untuk melihat perkembangan pendidikan anak perempuan di koloni Hindia Belanda, pada kesempatan itu Kirsten menggunakan contoh Taman Siswa sebagai objek penelitian. “Mengapa Taman siswa menjadi penting?” kata Kirsten.

Taman siswa selain menjadi pondasi bagi lahirnya pendidikan, juga mempunyai kurikulum yang unik. Taman siswa mengajarkan kurikulum tentang pemahaman gender bagi anak didiknya. Kirsten dalam presentasinya menyuplik karya Ni Soelasmi dalam Pendidikan Anak-anak (1933), menerangkan bahwa anak laki-laki yang dididik bersama anak-anak perempuan akan menerima kehalusan dan dan kesopanan. Demikian sebaliknya, anak perempuan juga akan menerima perasaan keberanian dan bersahaja dari anak laki-laki.

Taman Siswa sebagai lembaga pendidikan menempatkan diri sebagai keluarga. Pada gilirannya ia mempunyai pondasi tersendiri bagi anak didiknya, termasuk bagi anak didik perempuan. Salah satunya, tergambar dari tulisan Nji Mangoensarkoro yang berjudul Kedoedoekan wanita dalam keluarga Taman Siswa (1934). Kirsten dengan menyuplik Nji Mangoensarkoro menerangkan, “Menurut paham Taman Siswa kodrat wanita yang paling utama adalah menjadi ibu. Segala sifat dan kecakapan keperempuanan yang baik adalah syarat-syarat untuk menjalankan kewajiban ibu sebagai pendidik yang sempurnya,”pungkasnya. (Sej/Bagus)

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Recent Posts

  • Call for Applications: PhD Programme in Sound Heritage Studies
  • Call for Applications: PhD Programme in Sound Heritage Studies
  • Dr. Sadiah Boonstra’s Public Lecture: Rethinking the Future of Repatriated Objects
  • Dr. Sadiah Boonstra’s Public Lecture: Rethinking the Future of Repatriated Objects
  • The Research Project “Restituting, Reconnecting, and Reimagining Sound Heritage (Re:Sound)” Receives Funding from the Royal Dutch Research Council (NWO) for 2025-2028

Recent Posts

  • Call for Applications: PhD Programme in Sound Heritage Studies
  • Call for Applications: PhD Programme in Sound Heritage Studies
  • Dr. Sadiah Boonstra’s Public Lecture: Rethinking the Future of Repatriated Objects
  • Dr. Sadiah Boonstra’s Public Lecture: Rethinking the Future of Repatriated Objects
  • The Research Project “Restituting, Reconnecting, and Reimagining Sound Heritage (Re:Sound)” Receives Funding from the Royal Dutch Research Council (NWO) for 2025-2028

Archives

  • March 2025
  • February 2025
  • December 2024
  • November 2024
  • October 2024
  • September 2024
  • August 2024
  • July 2024
  • June 2024
  • May 2024
  • April 2024
  • March 2024
  • February 2024
  • January 2024
  • December 2023
  • November 2023
  • October 2023
  • September 2023
  • August 2023
  • July 2023
  • May 2023
  • February 2023
  • January 2023
  • November 2022
  • October 2022
  • September 2022
  • August 2022
  • June 2022
  • May 2022
  • December 2021
  • November 2021
  • October 2021
  • September 2021
  • August 2021
  • May 2021
  • April 2021
  • March 2021
  • November 2020
  • August 2019
  • March 2019
  • December 2018
  • November 2018
  • September 2018
  • May 2018
  • September 2017
  • July 2017
  • May 2017
  • April 2017
  • March 2017
  • February 2017
  • January 2017

Categories

  • agenda
  • agenda
  • alumni
  • alumni
  • announcement
  • beasiswa
  • berita
  • BKMS
  • lowongan
  • news
  • penelitian
  • pengumuman
  • research
  • scholarship
  • selisik
  • summer school
  • summer school
Universitas Gadjah Mada

Departemen Sejarah

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Gadjah Mada

Gedung Soegondo, Lantai 3
Jl. Sosiohumaniora, Bulaksumur Yogyakarta
  +62 274 513 096
+62 813 1444 4274
  sejarah@ugm.ac.id

Akademik

  • Program Sarjana
  • Program Magister

Berita & Agenda

  • Berita
  • Agenda

Tentang

  • Staf
  • Departemen
  • Fakultas
  • UGM

Ikuti Kami

Sejarah UGM

Sejarah UGM

Sejarah UGM

Academic

  • Undergraduate
  • Graduate

News

  • News
  • Agenda

About

  • Staff
  • Department
  • Faculty
  • UGM

Follow Us

Sejarah UGM

Sejarah UGM

Sejarah UGM

© 2025 | Departemen Sejarah UGM

BeritaAgenda

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY