• UGM
  • FIB
  • Webmail
  • Academic Portal
  • Indonesia
    • Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Departemen Sejarah
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Tentang
    • Departemen
    • Staf
    • Kontak
  • Akademik
    • Program Sarjana
      • Mata Kuliah Program Sarjana
      • Intended Learning Outcomes
    • Program Magister
      • Mata Kuliah Program Magister
    • Summer School
    • MBKM
  • Kabar
    • Berita
    • Agenda
  • Penelitian
  • Publikasi
    • Lembaran Sejarah
    • Histma
  • Alumni
    • Kasagama
    • Career Development Center
  • Beranda
  • berita
  • Seri Webinar: Di Bawah Terang ‘Cahaya Asia’ Film Dokumenter di Masa Pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945)

Seri Webinar: Di Bawah Terang ‘Cahaya Asia’ Film Dokumenter di Masa Pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945)

  • berita
  • 1 April 2021, 10.43
  • Oleh: sejarah
  • 0

“Peran penting film dokumenter pada masa pendudukan Jepang di Indonesia” menjadi topik bahasan utama dalam webinar yang diselenggarakan oleh Departemen Sejarah FIB UGM pada Rabu, 31 Maret 2021. Dalam diskusi webinar yang bertajuk “Di Bawah Terang ‘Cahaya Asia’: Film Dokumenter di Masa Pendudukan Jepang di Indonesia 1942-1945” ini sukses dihadiri oleh peserta dari berbagai kalangan dan institusi. Dalam diskusi webinar ini hadir Dr. Budi Irawanto sebagai pembicara dan Dr. Abdul Wahid sebagai pembahas. Kemudian untuk mengatur jalannya diskusi yang berlangsung selama 1 jam 30 menit mulai pukul 15.00 hingga pukul 16.30 ini maka turut hadir Julianto Ibrahim, M. Hum selaku moderator webinar.

Pada diskusi kali ini kesempatan pertama diberikan kepada Dr. Budi Irawanto yang berbicara mengenai dunia film Indonesia pada masa pendudukan Jepang. Dalam pembicaraan tersebut dijelaskan bahwa pada masa pendudukan Jepang film digunakan sebagai medium propaganda untuk mendukung keterlibatan Jepang dalam perang Asia dan Pasifik. Hal ini rupanya juga menjadi sorotan Usmar Ismail (Bapak Perfilman Indonesia) yang menyebut bahwa pada masa pendudukan Jepang, fungsi film tidak hanya sebatas hiburan dengan orientasi komersial saja melainkan fungsi film juga sebagai komunikasi sosial dan pendagogi. Dibandingkan dengan film cerita, pada masa pendudukan Jepang di Indonesia film dokumenter lebih banyak diproduksi terlebih karena fungsinya sebagai sarana instruksional dan propaganda perang. Oleh sebab itu guna mendorong agar banyak orang datang ke bioskop, maka harga karcis diturunkan dan dilakukan pemutaran film keliling ke desa-desa meski tidak secara intensif. Film dokumenter yang ada pun tidak hanya diproduksi di Indonesia melainkan juga berasal dari Jepang serta menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia. Kemudian bila dibandingkan tokoh elit politik lain, Soekarno kerap muncul dalam film dokumenter yang diproduksi oleh pemerintah pendudukan Jepang. Sebabnya tidak lain karena kharisma, kedekatan dengan rakyat, serta sikap komprominya dengan penguasa militer Jepang.

Setelah penyampaian penjelasan diakhiri oleh pembicara, kemudian Dr. Abdul Wahid selaku pembahas memberikan respon dan komentar terkait film dokumenter pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Pembahasan yang disampaikan beliau merujuk pada periode pendudukan Jepang yang singkat namun berpengaruh pada gagasan nasionalisme di Indonesia. Namun kajian mengenai periode pendudukan Jepang di Indonesia masih terbatas akibat periode Jepang adalah periode perang sehingga banyak dokumen dan sumber yang dihancurkan. Kemudian hadirnya film dokumenter pada masa pendudukan Jepang di Indonesia juga bertujuan guna mengambil hati dan pikiran masyarakat terutama masyarakat Jawa. Hal tersebut dapat terjadi sebab pada saat itu masyarakat Jawa masih kesulitan untuk membaca dan menulis sehingga film dokumenter menjadi sarana yang paling mudah diterima.

Dengan hadirnya diskusi webinar ini, dengan sukses mengajarkan bahwa film dokumenter disamping berfungsi sebagai media hiburan dengan orientasi komersial namun juga berfungsi sebagai sarana komunikasi sosial dan pendagogi. (Adit)

Berita Terakhir

  • Call for Applications: PhD Programme in Sound Heritage Studies
  • Dr. Sadiah Boonstra’s Public Lecture: Rethinking the Future of Repatriated Objects
  • The Research Project “Restituting, Reconnecting, and Reimagining Sound Heritage (Re:Sound)” Receives Funding from the Royal Dutch Research Council (NWO) for 2025-2028
  • Launch of New Research Project on Lombok Heritage: “Dismantling Colonial Knowledge Production and Recovering Lost Histories and Memories” (2025-2028)
  • Menelusuri Hibriditas Budaya Tionghoa-Jawa dalam Sejarah Indonesia

Arsip

  • Maret 2025
  • Februari 2025
  • Desember 2024
  • November 2024
  • Oktober 2024
  • September 2024
  • Agustus 2024
  • Juli 2024
  • Juni 2024
  • Mei 2024
  • April 2024
  • Maret 2024
  • Februari 2024
  • Januari 2024
  • Desember 2023
  • November 2023
  • Oktober 2023
  • September 2023
  • Agustus 2023
  • Juli 2023
  • Mei 2023
  • Februari 2023
  • Januari 2023
  • November 2022
  • Oktober 2022
  • September 2022
  • Agustus 2022
  • Juni 2022
  • Mei 2022
  • Desember 2021
  • November 2021
  • Oktober 2021
  • September 2021
  • Agustus 2021
  • Mei 2021
  • April 2021
  • Maret 2021
  • November 2020
  • Agustus 2019
  • Maret 2019
  • Desember 2018
  • November 2018
  • September 2018
  • Mei 2018
  • September 2017
  • Juli 2017
  • Mei 2017
  • April 2017
  • Maret 2017
  • Februari 2017
  • Januari 2017

Kategori

  • agenda
  • alumni
  • beasiswa
  • berita
  • lowongan
  • penelitian
  • pengumuman
  • selisik
  • summer school
Universitas Gadjah Mada

Departemen Sejarah

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Gadjah Mada

Gedung Soegondo, Lantai 3
Jl. Sosiohumaniora, Bulaksumur Yogyakarta
  +62 274 513 096
+62 813 1444 4274
  sejarah@ugm.ac.id

Akademik

  • Program Sarjana
  • Program Magister

Berita & Agenda

  • Berita
  • Agenda

Tentang

  • Staf
  • Departemen
  • Fakultas
  • UGM

Ikuti Kami

Sejarah UGM

Sejarah UGM

Sejarah UGM

© 2025 | Departemen Sejarah UGM

BeritaAgenda

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY