“Peran penting film dokumenter pada masa pendudukan Jepang di Indonesia” menjadi topik bahasan utama dalam webinar yang diselenggarakan oleh Departemen Sejarah FIB UGM pada Rabu, 31 Maret 2021. Dalam diskusi webinar yang bertajuk “Di Bawah Terang ‘Cahaya Asia’: Film Dokumenter di Masa Pendudukan Jepang di Indonesia 1942-1945” ini sukses dihadiri oleh peserta dari berbagai kalangan dan institusi. Dalam diskusi webinar ini hadir Dr. Budi Irawanto sebagai pembicara dan Dr. Abdul Wahid sebagai pembahas. Kemudian untuk mengatur jalannya diskusi yang berlangsung selama 1 jam 30 menit mulai pukul 15.00 hingga pukul 16.30 ini maka turut hadir Julianto Ibrahim, M. Hum selaku moderator webinar.
Pada diskusi kali ini kesempatan pertama diberikan kepada Dr. Budi Irawanto yang berbicara mengenai dunia film Indonesia pada masa pendudukan Jepang. Dalam pembicaraan tersebut dijelaskan bahwa pada masa pendudukan Jepang film digunakan sebagai medium propaganda untuk mendukung keterlibatan Jepang dalam perang Asia dan Pasifik. Hal ini rupanya juga menjadi sorotan Usmar Ismail (Bapak Perfilman Indonesia) yang menyebut bahwa pada masa pendudukan Jepang, fungsi film tidak hanya sebatas hiburan dengan orientasi komersial saja melainkan fungsi film juga sebagai komunikasi sosial dan pendagogi. Dibandingkan dengan film cerita, pada masa pendudukan Jepang di Indonesia film dokumenter lebih banyak diproduksi terlebih karena fungsinya sebagai sarana instruksional dan propaganda perang. Oleh sebab itu guna mendorong agar banyak orang datang ke bioskop, maka harga karcis diturunkan dan dilakukan pemutaran film keliling ke desa-desa meski tidak secara intensif. Film dokumenter yang ada pun tidak hanya diproduksi di Indonesia melainkan juga berasal dari Jepang serta menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia. Kemudian bila dibandingkan tokoh elit politik lain, Soekarno kerap muncul dalam film dokumenter yang diproduksi oleh pemerintah pendudukan Jepang. Sebabnya tidak lain karena kharisma, kedekatan dengan rakyat, serta sikap komprominya dengan penguasa militer Jepang.
Setelah penyampaian penjelasan diakhiri oleh pembicara, kemudian Dr. Abdul Wahid selaku pembahas memberikan respon dan komentar terkait film dokumenter pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Pembahasan yang disampaikan beliau merujuk pada periode pendudukan Jepang yang singkat namun berpengaruh pada gagasan nasionalisme di Indonesia. Namun kajian mengenai periode pendudukan Jepang di Indonesia masih terbatas akibat periode Jepang adalah periode perang sehingga banyak dokumen dan sumber yang dihancurkan. Kemudian hadirnya film dokumenter pada masa pendudukan Jepang di Indonesia juga bertujuan guna mengambil hati dan pikiran masyarakat terutama masyarakat Jawa. Hal tersebut dapat terjadi sebab pada saat itu masyarakat Jawa masih kesulitan untuk membaca dan menulis sehingga film dokumenter menjadi sarana yang paling mudah diterima.
Dengan hadirnya diskusi webinar ini, dengan sukses mengajarkan bahwa film dokumenter disamping berfungsi sebagai media hiburan dengan orientasi komersial namun juga berfungsi sebagai sarana komunikasi sosial dan pendagogi. (Adit)