• UGM
  • FIB
  • Webmail
  • Academic Portal
  • Indonesia
    • Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Departemen Sejarah
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Tentang
    • Departemen
    • Staf
    • Kontak
  • Akademik
    • Program Sarjana
      • Mata Kuliah Program Sarjana
      • Intended Learning Outcomes
    • Program Magister
      • Mata Kuliah Program Magister
    • Summer School
    • MBKM
  • Kabar
    • Berita
    • Agenda
  • Penelitian
  • Publikasi
    • Lembaran Sejarah
    • Histma
  • Alumni
    • Kasagama
    • Career Development Center
  • Beranda
  • berita
  • Tarekat yang Berawal dari Amalan Eksklusif hingga Media Resistensi yang Inklusif Dibahas dalam Public Lecture Departemen Sejarah FIB UGM

Tarekat yang Berawal dari Amalan Eksklusif hingga Media Resistensi yang Inklusif Dibahas dalam Public Lecture Departemen Sejarah FIB UGM

  • berita
  • 3 Juni 2024, 11.06
  • Oleh: sejarah
  • 0

Departemen Sejarah FIB UGM mengundang Prof. Martin van Bruinessen, seorang professor emeritus Studi Perbandingan Komunitas Islam Kontemporer Universitas Utrecht dalam sebuah public lecture yang diadakan pada Jum’at (31/6/2024). Kegiatan ini dilaksanakan di Ruang Multimedia Gedung Margono sejak pukul 09.00-11.00 WIB. Selain terbuka untuk umum, kuliah ini juga menjadi kelas wajib bagi mahasiswa Departemen Sejarah UGM yang mengikuti mata kuliah Sejarah Indonesia Abad ke-16. Sebagai dosen pengampu mata kuliah tersebut, Dr. Yulianti, B.A., M.A. bertugas memoderatori jalannya acara.

Materi kuliah bertajuk Peranan Tarekat dalam Proses Islamisasi Nusantara: Dari Amalan Perseorangan sampai ke Wadah untuk Aksi Bersama disampaikan Prof. Martin dengan menggunakan bahasa Indonesia yang lancar. Dalam presentasinya itu, ia menceritakan awal mula kemunculan tarekat di Indonesia yang sebelumnya merupakan amalan eksklusif bagi para elit hingga berubah menjadi media resistensi terhadap penjajahan pada abad ke-19. Menurutnya, kemunculan tarekat di Indonesia pada tahap mula-mula tidak bisa dipisahkan dari proses islamisasi itu sendiri. Ia menjelaskan bahwa sebenarnya Islam sudah ada di Indonesia jauh berabad-abad sebelum masa peralihan agama terjadi pada abad ke-14 dan ke-15. Hal itu ditunjukkan oleh keberadaan para pedagang muslim dari Arab, Persia, India dan Cina yang menetap di berbagai kota pelabuhan, seperti Aceh, Melaka dan Banten. Mereka mengamalkan ajaran Islam, namun ajaran tersebut tidak terlalu berdampak kepada masyarakat Bumiputera. Lantas, Prof. Martin melontarkan pertanyaan, jika Islam sudah ada sejak lama, mengapa masyarakat Bumiputera baru menerima Islam pada abad ke-14 dan ke-15? Hal itu dikarenakan masyarakat Bumiputera yang berubah atau karakter Islam yang mereka hadapi itulah yang berubah?

Prof. Martin berhipotesis bahwa perubahan karakter Islam itulah yang membuat Islam dapat diterima oleh masyarakat Bumiputera pada abad ke-14 dan ke-15. Dalam hal ini, kemunculan tarekat di dunia Arab, Persia, dan India yang terjadi tidak jauh sebelum islamisasi terjadi di Indonesia telah mengubah wajah Islam yang hadir di berbagai kota pelabuhan di Indonesia. Amalan tarekat yang menekankan bacaan-bacaan, doa, wirid, dan zikir dinilai sangat mirip dengan mantra dan jampi-jampi seperti yang ada dalam agama Hindu Jawa sebelumnya. Hal tersebut memberi kesan yang lebih cocok dengan kebutuhan masyarakat Bumiputera ketika itu. Kemudian, Prof. Martin juga menyadur pendapat Merle Calvin Ricklefs dalam artikelnya Six Centuries of Islamization in Java (1974) yang mengatakan bahwa ketika orang Jawa menerima Islam, bukan berarti mereka sepenuhnya membuang agama sebelumnya. Justru, Islam yang mereka terima menjadi tambahan kekayaan amalan dan kekuatan spiritual.

“Di Babad Tanah Jawi disebut orang Jawa pada zaman itu, zaman peralihan, orang Jawa sangat tertarik pada kesaktian dan kekebalan, tenaga dalam, dsb. Mereka mempelajari Islam karena itu bisa menimbulkan kekebalan dan kesaktian. (Itu) tidak menggantikan kesaktian yang pernah mereka punya dari amalan-amalan Hindu Jawa, tetapi mungkin dianggap kesaktian itu lebih hebat daripada yang ada dulu atau sekurang-kurangnya tambahan,” tutur Prof. Martin.

Walaupun tidak ada bukti yang betul-betul bisa mendukungnya, Prof. Martin berargumen bahwa boleh jadi Islam baru menjadi menarik bagi masyarakat Bumiputera setelah adanya tarekat. Ia juga menjelaskan bahwa pada tahap mula-mula, sekira abad ke-16, tarekat masih menjadi sesuatu yang diamalkan secara perseorangan atau oleh kelompok kecil dari kalangan elit. Lantas, karena amalan tarekat dianggap begitu hebat, para elit berupaya memonopolisasi tarekat. Hal itu didasarkan pada alasan bahwa jika masyarakat awam dapat menguasai teraket dikhawatirkan mereka akan melakukan pemberontakan. Baru memasuki abad ke-19, seiring dengan runtuhnya kekuasaan kongsi dagang Belanda–VOC (Vereenigde Oost-indische Compagnie), tarekat mulai melibatkan masyarakat awam. Hal itu dikarenakan sebagian dari kerajaan lokal telah kehilangan otoritasnya di bawah pemerintah kolonial. Pada masa itu, terjadi pergeseran skala besar dalam konteks tarekat. Mulanya, tarekat yang hanya berkembang di keraton lantas bergeser ke periferi ketika para pemuka agama mulai mendirikan pesantren-pesantren kecil di wilayah hutan (pedalaman). Pada akhirnya, tarekat berkembang di kalangan masyarakat awam. Perkembangan tersebut tidak luput dari perannya sebagai bentuk perlawanan terhadap praktik penjajahan.

Ada beberapa peristiwa yang menunjukkan pengaruh tarekat terhadap gerakan-gerakan resistensi yang terjadi pada abad ke-19. Setidaknya, indikasi pertama kali tarekat digunakan sebagai aksi massa dapat ditelusuri dalam Perang Menteng di Palembang pada 1819. Lalu, ada juga kelompok tarekat Sammaniyah di Banjarmasin yang melafalkan zikir dengan keras untuk meningkatkan keberanian mereka melawan pemerintah kolonial pada 1860. Selain itu, dalam magnum opus-nya, Sartono Kartodirdjo mengungkap bahwa kalangan tarekat juga terlibat dalam pemberontakan petani di Banten pada 1888.

Rekaman lengkap untuk Public Lecture ini dapat dilihat pada video berikut:

 


Penulis: Lenna Aurelia Amalia



Tags: Islamisasi SDGs 17 SDGs 4 Tarekat

Berita Terakhir

  • Call for Applications: PhD Programme in Sound Heritage Studies
  • Dr. Sadiah Boonstra’s Public Lecture: Rethinking the Future of Repatriated Objects
  • The Research Project “Restituting, Reconnecting, and Reimagining Sound Heritage (Re:Sound)” Receives Funding from the Royal Dutch Research Council (NWO) for 2025-2028
  • Launch of New Research Project on Lombok Heritage: “Dismantling Colonial Knowledge Production and Recovering Lost Histories and Memories” (2025-2028)
  • Menelusuri Hibriditas Budaya Tionghoa-Jawa dalam Sejarah Indonesia

Arsip

  • Maret 2025
  • Februari 2025
  • Desember 2024
  • November 2024
  • Oktober 2024
  • September 2024
  • Agustus 2024
  • Juli 2024
  • Juni 2024
  • Mei 2024
  • April 2024
  • Maret 2024
  • Februari 2024
  • Januari 2024
  • Desember 2023
  • November 2023
  • Oktober 2023
  • September 2023
  • Agustus 2023
  • Juli 2023
  • Mei 2023
  • Februari 2023
  • Januari 2023
  • November 2022
  • Oktober 2022
  • September 2022
  • Agustus 2022
  • Juni 2022
  • Mei 2022
  • Desember 2021
  • November 2021
  • Oktober 2021
  • September 2021
  • Agustus 2021
  • Mei 2021
  • April 2021
  • Maret 2021
  • November 2020
  • Agustus 2019
  • Maret 2019
  • Desember 2018
  • November 2018
  • September 2018
  • Mei 2018
  • September 2017
  • Juli 2017
  • Mei 2017
  • April 2017
  • Maret 2017
  • Februari 2017
  • Januari 2017

Kategori

  • agenda
  • alumni
  • beasiswa
  • berita
  • lowongan
  • penelitian
  • pengumuman
  • selisik
  • summer school
Universitas Gadjah Mada

Departemen Sejarah

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Gadjah Mada

Gedung Soegondo, Lantai 3
Jl. Sosiohumaniora, Bulaksumur Yogyakarta
  +62 274 513 096
+62 813 1444 4274
  sejarah@ugm.ac.id

Akademik

  • Program Sarjana
  • Program Magister

Berita & Agenda

  • Berita
  • Agenda

Tentang

  • Staf
  • Departemen
  • Fakultas
  • UGM

Ikuti Kami

Sejarah UGM

Sejarah UGM

Sejarah UGM

© 2025 | Departemen Sejarah UGM

BeritaAgenda

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY