Pada hari Kamis, 20 November 2025 Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya mengadakan Kuliah Umum bagi mahasiswa Departemen Sejarah UGM dan Masyarakat Umum yang berusaha untuk memberikan pembahasan tentang Kajian Pariwisata di Hindia Belanda khususnya Jawa pada periode kolonial. Turut membersamai dan mengisi dalam kegiatan ini Dr. Arnout van De Meer seorang sejarawan, peneliti, dan pengajar yang berkedudukan di Colby College, Amerika Serikat. Beliau dikenal sebagai seorang sejarawan yang memiliki bidang keahlian dan minat dalam kajian sejarah global dan Asia Tenggara. Dalam Kuliah Umum ini pula turut hadir Dr. Abdul Wahid M.Hum., M.Phil. selaku Kepala Departemen Sejarah UGM dan dipandu oleh Uji Nugroho Winardi S.S., M.A. selaku moderator dalam kuliah umum ini.
Dalam diskusi ini Arnout van De Meer memulai dengan pembahasan dan penggambaran kondisi topografi dan ekologi dari wilayah Hindia Belanda utamanya Jawa yang indah dan menakjubkan, di mana hamparan hutan tropis dan barisan gunung serta pegunungan vulkanik menjulang mengelilingi hampir seluruh wilayah Jawa. Realitas topografi dan ekologi yang indah ini kemudian membentuk konsepsi dan pemahaman baru masyarakat Eropa di koloni maupun di negeri induk tentang keindahan Hindia Belanda “Mooi Indie” yang kemudian akan menumbuhkan suatu lini industri baru yang berkaitan dengan kegiatan wisata dan “plesiran” bagi komunitas masyarakat utamanya Eropa.
Kemajuan teknologi transportasi dan juga perubahan pola ekonomi di Hindia Belanda yang bergerak menuju tahap industrialisasi dan kapitalisasi ekonomi menjadi salah satu faktor yang mempercepat tumbuhnya sektor industri pariwisata di tanah koloni. Hal ini dapat terjadi karena gagasan terkait kapitalisasi ekonomi ini mendorong masuknya modal dan komunitas borjuis Eropa untuk datang dan menetap di Hindia Belanda khususnya Jawa dengan segala kepentingan dan gaya hidup yang melekat. Di samping itu, tumbuhnya jaringan kereta api di Jawa pada pertengahan abad ke-19 dan mulai berjalan secara optimal pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20, semakin memudahkan konektivitas dan mempercepat perjalanan antar wilayah, salah satunya menuju wilayah strategis pariwisata.
Di luar kedua aspek tadi, tumbuhnya minat serta sektor industri pariwisata di wilayah Jawa turut mendorong tumbuhnya berbagai fasilitas akomodasi berupa hotel dan penginapan dengan fasilitas yang mewah di zamannya pada berbagai wilayah yang menjadi objek utama pariwisata para pelancong Eropa seperti yang banyak terjadi di wilayah Priangan, Batavia, Sarangan, dan beberapa wilayah lainnya. Melalui berbagai catatan dan arsip para pelancong Eropa dapat diamati bahwa sebagian besar wilayah yang menjadi tujuan wisata para pelancong adalah kawasan pegunungan yang menawarkan keindahan alam dan kesegaran udara yang dapat dinikmati oleh para pelancong. Di samping itu, keindahan dalam bentuk kebudayaan yang luhur dalam berbagai aktivitas dan dinamika masyarakat di Jawa pula menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelancong dalam memilih suatu tempat wisata.
Interaksi dan Komunikasi yang semakin menguat dan terjalin secara erat antara masyarakat Eropa dengan komunitas masyarakat Bumiputera karena keperluan dan kebutuhan berwisata di berbagai wilayah Jawa ini melahirkan suatu dorongan bagi Pemerintah Kolonial untuk mulai mengembangkan kamus dan panduan berbahasa Melayu bagi para pelancong dalam melakukan komunikasi dalam memudahkan aktivitas wisata. Walaupun demikian, hadirnya kamus dan panduan berbahasa Melayu ini pula belum dapat terlepas secara penuh dari orientasi dan gagasan tentang segregasi sosial antara komunitas Eropa dengan Bumiputera. Hal ini dapat diamati melalui isi dari kamus, di mana hampir sebagian kata yang termuat di dalamnya berisi kalimat dan kata-kata perintah “suruhan” bagi masyarakat Bumiputera tanpa adanya ujaran yang lebih bersifat komunikatif dan setara dalam komunikasi. Hal ini menjadi salah satu gambaran dari hadirnya gagasan tentang pariwisata di Hindia Belanda utamanya Jawa yang tetap menjadi salah satu bagian dari gagasan Pemerintah Kolonial untuk menguatkan pengaruh mereka di tanah Hindia Belanda. Kuliah umum ini pula berlangsung secara interaktif dan dua arah dimana banyak peserta yang membangun diskusi dan interaksi dengan Pembicara guna memperluas pembahasan tentang persoalan dan fenomena pariwisata di Jawa periode Kolonial.
Penulis: Mochamad Rizky Saputra
