Harvard University Asia Center mengadakan sebuah seri diskusi bertajuk Southeast Asia Lecture Series. Selasa, 28 September 2021, salah satu Dosen Sejarah Universitas Gadjah Mada, Farabi Fakih, menjadi narasumber dari diskusi tersebut. Seri diskusi pada hari itu mengambil judul The Rise of Managerial State in Post-Independence Indonesia (1950-1965). Diskusi dimulai pada pukul 10.00 EST atau 21.00 WIB melalui platform zoom dengan diikuti oleh 56 peserta. Farabi memaparkan ringkasan dari bukunya yang berjudul Authoritarian Modernization in Indonesia’s Early Independence Period: The Foundation of the New Order State (1950-1965). Buku tersebut membahas tentang modernisasi otoriter di bawah kekuasaan Soekarno.
Seri diskusi yang dimulai dengan pemaparan materi dari Farabi ini berfokus pada historiografi Indonesia yaitu saat transisi menuju masa Orde Baru. Masa tersebut menandai dimulainya pembangunan negara dengan menekankan pada pergeseran dari Demokrasi Liberal (1950-1957) menuju Demokrasi Terpimpin (1957-1965). Selain itu, demokrasi terpimpin juga merupakan bentuk penerapan dari ideologi manajerial gaya Amerika. Dalam diskusi tersebut, Farabi juga membahas tentang bagaimana ide-ide Amerika tentang manajemen ilmiah dan ekonomi pembangunan diimpor, dilokalisasi, dan diadaptasi kembali untuk membangun fondasi negara Orde Baru kemudian.
Setelah pemaparan materi yang disampaikan oleh Farabi, diskusi dilanjutkan dengan pengambilan kesimpulan sekaligus pemberian tanggapan. Mattias E. Fibiger, asisten Profesor di Harvard Business School, selaku pemantik diskusi menyimpulkan materi yang telah disampaikan oleh Farabi. Selain itu, Mattias juga memberi tanggapan dan pertanyaan terhadap paparan Farabi. Pertanyaan tersebut menjadi pengantar dari dimulainya sesi diskusi dengan para peserta. Setelah Farabi menanggapi pertanyaan Mattias, salah satu peserta diskusi, Brad Simpson, melontarkan pertanyaan melalui kolom chat. Farabi kembali menanggapi pertanyaan tersebut. Diskusi diakhiri oleh Mattias pada pukul 11.00 EST atau 22.00 WIB tepat. (Helga Natasha KS & Nasywa Nur Athiyya)