Setelah melewati delapan bulan yang tidak mudah, akhirnya kerja keras ini terbayarkan dengan dua medali di tangan. Penantian ini telah diidam-idamkan oleh Fatiya Hasna Alifan—mahasiswa Sejarah angkatan 2022—bersama timnya. Fatiya dan tim telah berhasil menyabet medali emas (setara juara pertama) dalam kategori presentasi dan medali perak (setara juara kedua) dalam kategori poster sebagai delegasi Universitas Gadjah Mada untuk Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2024 pada 18 Oktober 2024 lalu.
Fatiya mengisahkan perjalanan penelitiannya yang tidak mudah. Berawal dari Januari 2024, Fatiya dan tim menentukan topik penelitian. Kemudian setelah melewati serangkaian tahapan administrasi dan seleksi yang cukup ketat, Fatiya dan timnya berhasil mendapatkan kesempatan untuk mempresentasikan hasil penelitian mereka di Surabaya pada Oktober 2024 lalu. Bagi Fatiya, tahapan paling berat dalam proses ini adalah membagi waktu antara aktivitas perkuliahan dengan kegiatan lain karena kedua hal ini sama pentingnya bagi Fatiya. Yang mengejutkan baginya adalah ketika melakukan presentasi, timnya terasa gugup dalam menjawab, tetapi tidak menyangka akhirnya mendapatkan emas.
Meskipun tidak menjadi ketua tim, Fatiya merupakan salah satu anggota yang menjadi penyumbang ide utama dalam riset penelitian yang dilakukan bersama timnya. Fatiya mengajukan sebuah ide untuk riset sosial humaniora melalui pendekatan critical animal studies. Idenya ini berawal dari presentasi Dr. Abdul Wahid, seorang sejarawan sekaligus Ketua Departemen Sejarah, dalam summer school yang bertajuk “The 1st Summer School on Environmental History in Indonesia” pada 2023 lalu.
Dalam summer school tersebut, Abdul Wahid mempresentasikan sebuah materi yang berjudul “Mempertimbangkan Pendekatan (Critical) Animal Studies untuk Penelitian Sejarah Lingkungan di Indonesia.” Dari presentasi Abdul Wahid, Fatiya mendapatkan pengetahuan baru bahwa ternyata ilmu sejarah dapat digunakan dalam melihat dan mencari solusi tentang masalah yang terjadi saat ini.
Ketika ditanya tentang kunci kesuksesan yang membawa ia dan timnya meraih medali emas dan perak, Fatiya mengatakan, “Kuncinya disiplin dalam deadline. Kalau sudah disiplin, ya, pasti lebih mudah membagi waktu dan pekerjaan (apa saja yang dilakukan).”
Bagi Fatiya, perdebatan dan diskusi yang terjadi dalam timnya selama delapan bulan terakhir berujung dengan kebahagiaan dan kebanggaan bagi dirinya, nama baik kampus, juga nama baik program studi. Di akhir wawancara, ia menyampaikan, “Maaf dan terima kasih, Pak Wahid. Semoga sehat selalu. Ini emas untuk Pak Wahid.”
Penulis: Khirana Marwadika