Departemen Sejarah FIB UGM mengadakan sebuah rangkaian diskusi daring dan bedah buku bersama Rommel Curaming, Ph.D., dari Universiti Brunei Darussalam. Rangkaian acara diskusi daring dan bedah buku dilaksanakan selama dua hari, yaitu pada hari Rabu dan Kamis, 8-9 Desember 2021. Kedua rangkaian acara ini diselenggarakan melalui platform Zoom Meeting dan disiarkan secara langsung di kanal YouTube Departemen Sejarah UGM.
Diskusi daring dilaksanakan pada pukul 16.00 sampai 17.30 WIB. Diskusi daring dibuka oleh Satrio Dwicahyo selaku perwakilan dari Departemen Sejarah UGM dan selanjutnya diambil alih oleh Yuanita Wahyu Pratiwi sebagai moderator. Setelah itu, Rommel Curaming memulai diskusi dengan melakukan presentasi. Budiawan, Ph.D, dosen senior di Kajian Budaya dan Media Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada juga turut menjadi pembahas dalam diskusi seri pertama ini.
Diskusi daring hari pertama mengangkat judul Enrique Melaka/Maluku: History and Heritage War Between Indonesia and Malaysia. Rommel Curaming, Ph.D. memberikan contoh kasus mengenai perdebatan sejarah bersama antara Indonesia dan Malaysia. Menurut banyak publikasi sejarah, Enrique, nama Eropa dari seorang penduduk asli Asia Tenggara, menjadi pemandu perjalanan dua pelaut Spanyol yang terkenal yakni, Ferdinand Magellan dan Juan Sebastian Elcano. Banyak sejarah populer Asia Tenggara menekankan bahwa Magellan dan Elcano tidak akan beroperasi tanpa bimbingan Enrique. Karena peran tersebut, Enrique dinobatkan sebagai orang Asia Tenggara pertama yang berlayar keliling dunia. Kemudian lahirlah sengketa historiografis yang memperdebatkan mengenai nama belakang Enrique dan asal Enrique dari Malaka atau Maluku. Indonesia dan Malaysia seperti saling memperebutkan sejarah asal usul Enrique. Selain itu, sejak sekitar abad ke-15, Malaka dan Maluku merupakan dua situs yang memiliki sejarah panjang dan penting di tengah jaringan maritim global. Diskusi daring ini juga membahas alasan penting eksistensi Malaka dan Maluku bagi orang Indonesia dan Malaysia di abad 21 sekarang ini.
Pada hari kedua, diskusi mengangkat judul Towards Re-Orienting Progressive Scholarship: Rethinking the State-Scholar Relations in Indonesia and the Philippines. Diskusi yang dilaksanakan pada pukul 10.00 – 11.30 WIB ini lebih berfokus dalam membedah buku Power and Knowledge in Southeast Asia: State and Scholars in Indonesia and the Philippines yang ditulis oleh Rommel Curaming di tahun 2020. Bedah buku dibuka oleh Satrio Dwicahyo selaku moderator yang kemudian dilanjutkan oleh Dr. Abdul Wahid, M.Hum., M.Phil., Ketua Departemen Sejarah FIB UGM untuk memberikan sambutan pembuka. Kemudian, Rommel Curaming P.hD. langsung mempresentasikan penjelasannya mengenai bukunya. Selain Rommel, Prof. Bambang Purwanto, guru besar Departemen Sejarah Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, juga turut menjadi pembicara dalam sesi ini. Dalam pelaksanaannya, Prof. Bambang Purwanto menanyakan beberapa pertanyaan yang juga menjadi pemantik dalam diskusi bedah buku ini.
Buku yang dibedah pada seri kedua ini menekankan tentang kemungkinan bagi Indonesia dan Filipina dalam berbagai lintasan yang sama dalam perkembangan historiografi mereka. Rommel juga mencoba untuk menempatkan proyek penulisan sejarah dari Indonesia, yaitu Sejarah Nasional Indonesia, dan Filipina, yaitu Proyek Tadhana dalam buku ini. Kedua proyek tersebut dapat dikatakan sebagai produk dari dua kediktatoran dari masing-masing negara: Suharto (Indonesia) dan Ferdinand Marcos (Filipina). Hubungan antara para sarjana dan kekuasaan yang dijalankan negara juga dijelaskan dengan baik oleh Rommel dalam buku ini.
Berikut dokumentasi dua acara tersebut:
Penulis: Nasywa Nur Athiyya dan Helga Natasha KS