Dalam sebuah public lecture yang diadakan pada Jum’at (8/3/2024), Departemen Sejarah UGM menghadirkan Dr. Maarten Fornerod, seorang associate professor di bidang biologi sel dari Erasmus Medisch Centrum Rotterdam. Selain itu, ia juga merupakan sekretaris organisasi Indische Genealogische Vereniging (IGV). Kegiatan ini mengusung judul Tracing Indonesian Family History in Europe: How the World Gets Smaller by Bigger Data From Archives and DNA yang dilaksanakan di Lantai 2 Ruang Multimedia, Gedung Margono FIB UGM sejak pukul 09.00-11.00 WIB.
Pada Rabu, 06 Maret 2024, Departemen Sejarah FIB UGM menggelar seminar series tentang sejarah orang Tionghoa di Indonesia. Seminar yang bertajuk “The Role of Chinese in Indonesian History” ini dilaksanakan di Ruang Multimedia Lantai 2, Gedung Margono FIB UGM sejak pukul 10.00 hingga 12.00 WIB. Seminar ini sangat menarik karena pembicara yang hadir untuk mempresentasikan hasil penelitiannya berasal dari Tiongkok. Sementara itu, Dr. Farabi Fakih, M.Phil. dari Departemen Sejarah UGM bertugas menjadi moderator.
Rapat senat terbuka dalam rangka memperingati Dies Natalis ke-78 FIB UGM sukses diadakan pada Selasa, 5 Maret 2024 yang lalu. Dalam acara tersebut, salah satu dosen dan mahasiswa Departemen Sejarah FIB UGM berhasil menyabet penghargaan sebagai dosen berprestasi dan mahasiswa berprestasi. Dosen itu ialah Dr. Agus Suwignyo, M.A. serta seorang mahasiswa Sejarah angkatan 2020, yaitu Dinda Nabila.
Ketika diwawancarai, Dinda Nabila mengungkapkan bahwa ia merasa sangat bersyukur atas penghargaan yang telah diberikan kepadanya. “Alhamdulillah, tentunya bersyukur. Kalau sedikit flashback, banyak hal yang kucoba dan pastinya enggak selalu mulus. Banyak proses behind the scenes yang melelahkan. Tapi dengan semua itu, jadi bisa cherish setiap prosesnya. Tapi, other than that, sempat merasa i don’t deserve it, gitu, sih, karena, ya, banyak teman-teman yang keren dan pantas juga dapat ini,” tutur Dinda.
Jum’at (1/3/2024), Departemen Sejarah FIB UGM kembali menggelar acara kolokium magister sejarah. Terdapat dua pemakalah dan dua pembahas dalam kolokium tersebut, yakni Fajar Santosa dan Adi Wildan Alamsyah sebagai pemakalah, serta Dr. Ahmad Athoillah dan Dr. Ravando sebagai pembahas. Acara berlangsung secara hybrid (daring dan luring) sejak pukul 09.00 hingga 12.00 WIB di Ruang 709 Gedung Soegondo FIB UGM.
Fajar Santosa merupakan pemakalah pertama dalam kolokium itu. Ia mempresentasikan rencana tesis berjudul “Ketika Rakyat Memberontak: Gerakan Massa dalam Reformasi 1998 di Surabaya” yang membahas gerakan massa di kota metropolitan kedua, yakni Surabaya, ketika pecahnya peristiwa reformasi yang berpusat di Jakarta. Ia menjelaskan bahwa tuntutan terhadap reformasi disebabkan oleh krisis ekonomi yang terjadi ketika itu. Krisis itu menyebabkan harga barang naik, PHK terjadi di berbagai tempat, dan kerusuhan terjadi di mana-mana. Rakyat kecil dan kaum menengah pun panik. Mereka membentuk gerakan sosial yang menuntut adanya reformasi serta mundurnya Presiden Soeharto dari jabatannya.
Sejarah Dua Taman Hiburan di Solo dan Jakarta Dibahas dalam Kolokium Magister Departemen Sejarah UGM
Kamis (22/2/2024), Departemen Sejarah FIB UGM sukses mengadakan kolokium Magister Sejarah dengan dua pemakalah, yakni Indriyani dan Nur Fadilah Yusuf. Sementara itu, Dr. Mutiah Amini, M.Hum. dan Dr. Wildan Sena Utama, S.S., M.A. bertugas sebagai pembahas. Acara itu juga dihadiri oleh Kepala Departemen Sejarah dan mahasiswa S2-S3 Sejarah yang berlangsung pukul 13.30 hingga 15.30 WIB di ruang 709 Gedung Soegondo FIB UGM.
Indriyani dengan rencana tesis berjudul “Simbol Raja menjadi Simbol Kota: Taman Sriwedari di Surakarta 1901-1987” menjadi pemakalah pertama dalam kolokium itu. Secara umum, tesisnya menjelaskan tentang Taman Sriwedari yang mengalami perubahan dari ruang eksklusif menjadi ruang inklusif. Awalnya, Taman Sriwedari didirikan oleh Pakubuwana X pada 1901 sebagai ruang privat keraton, sehingga masyarakat biasa sering menyebut taman itu sebagai “Bon Raja” atau “Kebon Raja” yang berarti “Taman Raja”. Kemudian, kondisi itu berubah ketika komersialisasi atas Taman Sriwedari terjadi melalui pemberlakuan tiket masuk atau karcis. Akhirnya, taman itu menjadi ruang publik. Pasca kemerdekaan Indonesia, Taman Sriwedari bertambah fungsi menjadi ruang revolusi yang mana mayoritas hasil penjualan karcisnya digunakan untuk kepentingan kemerdekaan. Setelah masa revolusi, ada anggapan dalam masyarakat yang mengatakan “belum ke Solo kalau belum ke Sriwedari”, sehingga menurut Indriyani, Taman Sriwedari pada akhirnya menjadi semacam simbol kota Solo.
Senin (19/02/2024), komunitas Malam Museum menggandeng See Jane Run Team dan Departemen Sejarah FIB UGM sukses mengadakan diskusi sejarah bertajuk “Di Manakah Rumah? Cerita tentang Kehidupan Orang Indo setelah Perang Dunia Kedua dari Jane Vogel Mantiri” yang berlangsung pukul 09.00 hingga 11.30 WIB di Ruang Sidang 1 Gedung Poerbatjaraka, FIB UGM. Dr. Wildan Sena Utama bertugas sebagai moderator dengan Jean Vogel Mantiri dan Tedy Hernawan, S.S., M.A. sebagai pembicaranya. Selain dihadiri oleh mahasiswa UGM, acara tersebut juga dihadiri oleh masyarakat umum dan mahasiswa dari universitas lainnya di sekitar UGM.
Demi mewujudkan poin komitmen ke-8 dan ke-9 dalam SDGs (Sustainable Development Goals), yakni Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi serta Industri, Inovasi, dan Infrastruktur, Departemen Sejarah kembali sukses mengadakan workshop Alumni Menyapa pada Kamis (15/2/2024). Dalam kesempatan ini, Departemen Sejarah menghadirkan empat narasumber Kasagama (Keluarga Alumni Sejarah Universitas Gadjah Mada) sekaligus, yakni Letda CAJ M. Ivan Harish, S.Sej., Kenanga Sekar Putri, S.Sej., Hendra Permana, S.Sej., dan Dian Eka Fitriani, S.Sej. untuk berbagi pengalaman pasca lulus mereka kepada para calon wisudawan Periode II TA 2023/2024.
Tanggal 21 Januari merupakan tanggal penting bagi Departemen Sejarah FIB UGM. 73 tahun lamanya, tepatnya sejak tahun 1951, Prodi Sarjana Sejarah FIB UGM telah eksis untuk memberikan pendidikan tinggi tentang sejarah di Indonesia.
Bertepatan dengan usianya yang ke-73 ini, pada hari Selasa (21/1) Keluarga Departemen Sejarah FIB UGM yang terdiri dari dosen dan tendik memperingatinya dengan melakukan anjangsana ke dosen purna tugas serta berziarah ke makam para sesepuh. Momen anjangsana ini digunakan sebagai ajang silaturahmi sekaligus menjadi sarana untuk melaporkan progres dan perkembangan Departemen Sejarah FIB UGM saat ini. Adapun momen ziarah digunakan untuk mengingat dan merefleksikan kembali jasa-jasa para pendahulu yang turut berkontribusi dalam pengembangan departemen maupun Ilmu Sejarah secara umum di Indonesia.
Rabu, 10 Januari 2024, Departemen Sejarah UGM sukses mengadakan kuliah umum yang mengundang Zhe Yu Lee, seorang kandidat PhD dari Departemen Geografi University of Wisconsin-Madison. Kuliah umum yang diselenggarakan pukul 11.00-12.00 WIB ini hanya dihadiri oleh mahasiswa S2 Sejarah dan S3 Ilmu-Humaniora FIB UGM. Acara yang diadakan di Ruang Multimedia Gedung Margono FIB UGM ini, cukup diikuti secara antusias oleh mahasiswa yang hadir dalam kesempatan tersebut.
Zhe Yu Lee memaparkan beberapa bagian penting dalam disertasinya yang judul “The History of Rural Social Science at University of Gadjah Mada and Bogor Agricultural University and The Conundrums of Planning Indonesian Agrarian Democracy.” Menurutnya topik penelitiannya ini menjadi penting untuk mengetahui sejarah kelembagaan, intelektual, dan politik pengetahuan hingga perubahan tentang pedesaan di Indonesia. Dalam penelitiannya ia menemukan bahwa UGM dan IPB memiliki peran penting sebagai penghasil pengetahuan yang berinteraksi dengan proses kebijakan serta penghasil lulusan yang menjadi staf birokrasi terkait di semua tingkatan. Ia juga membahas mengenai perencanaan demokrasi agraria di Indonesia dan kebijakan pertanian dari zaman kepemimpinan Sukarno hingga Orde Baru.
KITLV sukses menyelenggarakan seminar dengan melibatkan sejarawan Universitas Gadjah Mada sekaligus Guru Besar Departemen Sejarah FIB UGM yaitu Prof. Bambang Purwanto dalam seminar yang bertajuk “The Dutch Colonial Past in the Indonesia Present and Future Historical Narrative”. Seminar tersebut diselenggarakan oleh KITLV pada hari Kamis tanggal 14 Desember 2023 yang berlangsung secara luring di ruang 1.68 Conference Room of KITLV di Belanda dan secara daring melalui Zoom Meeting.
Seminar yang dilaksanakan tersebut dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan historiografi dan memori antara bangsa Indonesia dan Belanda mengenai penjajahan yang telah dilakukan Belanda di Kepulauan Indonesia. Perbedaan tersebut menyebabkan pentingnya kesadaran bagi Indonesia untuk menjaga bagaimana narasi atau historiografi dihadirkan. Prof. Bambang Purwanto menyampaikan pandangannya mengenai periodisasi revolusi dari sudut pandang historiografi Indonesiasentris. Terlihat dalam forum tersebut, Prof. Bambang Purwanto dipandang nasionalistik.