Departemen Sejarah FIB UGM mengundang Prof. Martin van Bruinessen, seorang professor emeritus Studi Perbandingan Komunitas Islam Kontemporer Universitas Utrecht dalam sebuah public lecture yang diadakan pada Jum’at (31/6/2024). Kegiatan ini dilaksanakan di Ruang Multimedia Gedung Margono sejak pukul 09.00-11.00 WIB. Selain terbuka untuk umum, kuliah ini juga menjadi kelas wajib bagi mahasiswa Departemen Sejarah UGM yang mengikuti mata kuliah Sejarah Indonesia Abad ke-16. Sebagai dosen pengampu mata kuliah tersebut, Dr. Yulianti, B.A., M.A. bertugas memoderatori jalannya acara.
Membangun Warisan Sadar Sejarah Berbasis Komunitas
Departemen Sejarah, Universitas Gadjah Mada
5-10 August 2024
Tentang Summer School
Pengembalian warisan-warisan benda dari Belanda ke Indonesia selama beberapa tahun terakhir ini telah menimbulkan pertanyaan besar di masyarakat mengenai makna daripada warisan benda dalam masyarakat. Sudah tidak dipungkiri lagi bahwa museum merupakan lembaga yang asing bagi masyarakat Indonesia dan bahwa museum hanya dikunjungi oleh anak-anak sekolah yang diwajibkan datang. Mengapa warisan benda dan lembaga yang menaunginya seperti museum sering dianggap asing dan jauh dari komunitas? Kritik dari pengkaji warisan budaya menengarai bahwa salah satu alasan utama akan jarak dan keterasingan warisan yang tersimpan dalam museum terletak pada sifat inheren museum sebagai lembaga kolonial. Museum dan produksi pengetahuan mengenai warisan yang muncul beriringan dengan kolonialisme dan pembentukkan ilmu-ilmu seperti arkeologi dan linguistik itu bebasis pada ontologi Barat yang oleh karena itu sebenarnya mengandung dan mereplikasi kekerasan-kekerasan epistemik daripada penjajahan Barat.
Building a Community-Based History Conscious Heritage
Department of History, Universitas Gadjah Mada
5-10 August 2024
About the Summer School
The return of heritage objects from the Netherlands to Indonesia over the past few years has raised major questions about the meaning of heritage objects in society. There is no doubt that museums are foreign institutions for Indonesians and that museums are only visited by school children who are required to attend. Why is tangible heritage and its institutions such as museums often perceived as alien and distant from the community? Critics of cultural heritage scholars suggest that one of the main reasons for the distance and alienation of heritage stored in museums lies in the inherent nature of museums as colonial institutions. Museums and the production of knowledge about heritage that emerged alongside colonialism and the formation of sciences such as archaeology and linguistics are based on Western ontologies that therefore contain and replicate the epistemic violence of Western colonialism.
Pada kamis (23/5/2024), himpunan mahasiswa sejarah UGM, yakni Badan Keluarga Mahasiswa Sejarah (BKMS) melakukan kegiatan aksi sosial yang dilaksanakan di Panti 3 Yayasan Sayap Ibu, Sleman, Yogyakarta. Panti 3 Yayasan Sayap Ibu merupakan lembaga sosial yang memiliki kepedulian serta menyediakan layanan terhadap para penyandang disabilitas. Kehadiran BKMS sendiri diwakili oleh Divisi Sosial Masyarakat yang biasa melakukan kerja-kerjanya dalam kegiatan akar rumput kemasyarakatan. Kegiatan tersebut berlangsung dengan gembira sedari pukul 08.00 hingga 12.00 WIB.
Kegiatan workshop “Alumni Menyapa” bagi para calon wisudawan kembali digelar oleh Departemen Sejarah FIB UGM pada Jum’at (17/5/2024). Kegiatan tersebut dilaksanakan di Ruang 315, Gedung Soegondo FIB UGM sejak pukul 10.00 hingga 12.00 WIB. Dalam sesi kali ini, Ayu Wulandari, S.Sej., seorang lulusan S1 Sejarah UGM yang juga sedang menempuh pendidikan magister sejarah di UGM menjadi narasumber bagi para calon wisudawan periode III TA 2023/2024. Selain itu, Dr. Mutiah Amini, M.Hum., selaku ketua Program Studi Sejarah juga turut hadir dalam kegiatan itu.
Departemen Sejarah FIB UGM kembali menjadi tuan rumah bagi kunjungan para mahasiswa dari luar UGM yang mengadakan study field. Kali ini, kunjungan itu datang dari para mahasiswa semester empat dan semester enam jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Hamzanwadi, Lombok Timur, NTB. Kedatangan mereka yang didampingi beberapa dosen pada Rabu (15/5/2024) itu disambut oleh Dr. Widya Fitria Ningsih, S.S., M.A., dosen dari Departemen Sejarah FIB UGM di Ruang Multimedia, Gedung Margono, FIB UGM.
Kegiatan itu diawali dengan sesi perkenalan oleh para dosen Universitas Hamzanwadi. Lalu, Dr. Widya Fitria Ningsih menyampaikan materi seputar Departemen Sejarah FIB UGM. Penjelasannya dimulai sejak sejarah pendirian, visi-misi, hingga memperkenalkan para dosen serta tenaga pendidik yang ada di dalamnya. Dr. Widya Fitria Ningsih menjelaskan bahwa Departemen Sejarah FIB UGM sebagai departemen sejarah yang paling tua di Indonesia telah melahirkan banyak sekali program studi sejarah, baik tingkat S1 maupun S2 di berbagai universitas di Indonesia, termasuk di Lombok. Lalu, menjadi lembaga pendidikan yang mampu mengembangkan ilmu sejarah secara transformatif guna pemberdayaan masyarakat serta kemanusiaan merupakan visi yang ingin dituju oleh Departemen Sejarah FIB UGM. Adapun misi yang ingin dijalankan yakni mengembangkan ilmu sejarah yang kontekstual, menghasilkan lulusan yang mampu berpikir kritis serta terlibat aktif dalam menyelesaikan persoalan di masyarakat dan kemanusiaan, serta membangun kerja sama yang baik dengan lembaga akademik maupun non-akademik di lingkup nasional dan internasional.
Departemen Sejarah FIB UGM menerima kunjungan arsiparis dari Pusdipres atau Pusat Studi Arsip Statis Kepresidenan dalam rangka “Pusdipres Goes to Campus” pada Rabu (15/5/2024). Acara yang berbentuk seminar tersebut dilaksanakan di Ruang 709, Gedung Soegondo, FIB UGM sejak pukul 13.00 hingga 14.00 WIB. Mahasiswa sejarah UGM dari berbagai tingkatan, yakni S1, S2, hingga S3 hadir dalam acara tersebut. Selain itu, turut hadir pula Dr. Mutiah Amini, M.Hum. serta Dr. Farabi Fakih, M.Phil. yang masing-masing merupakan ketua program studi S1 dan S2 Sejarah FIB UGM.
Memoryscapes of children’s education in faith-based institutions in Indonesia (1890-1980)
Workshop & Summer School
5 – 14 August 2024
7th Floor Soegondo Building, Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada
Jalan Nusantara 1 Bulaksumur, Yogyakarta 55281 INDONESIA
Introduction
This workshop and summer school program examines the scope, spread and development of faith‐based child separation in (post-)colonial Indonesia (1890‐1980). It investigates policies and practices of institutional education of children separate from their parents, kin and community. Such policies and practices underpinned structural cultural and social assimilation of children into ‘governable subjects’. Their education is to be a considered a linch pin of colonial governance. This Summer School introduces the concept of child separation and aims to integrate voices and perspectives of separated children and their kin. Life stories of individual children integrate structural historical analysis and personal sources.
This workshop and summer school program examines the scope, spread and development of faith‐based child separation in colonial Indonesia (1890‐1980). It investigates policies and practices of institutional education of children separate from their parents, kin and community.
Selasa (7/5/2024), Departemen Sejarah FIB UGM mengadakan pertemuan dengan Dinas Sejarah Angkatan Darat (Disjarahad). Dari pihak kampus, hadir Prof. Dr. Setiadi selaku Dekan FIB UGM, Dr. Abdul Wahid selaku Kepala Departemen Sejarah, Dr. Mutiah Amini selaku Ketua Prodi S1 Sejarah, Dr. Farabi Fakih selaku Ketua Prodi Magister Sejarah serta dosen Departemen Sejarah, yakni Dr. Sri Margana. Dalam pada itu, hadir juga beberapa anggota TNI dari Disjarahad termasuk Brigjen TNI Arif Cahyono, S.E. yang menjadi Kepala Disjarah Angkatan Darat. Selain itu, turut serta juga dalam rombangan, Letda CAJ M. Ivan Harish, S.Sej. yang merupakan alumni dari Departemen Sejarah FIB UGM. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Lantai 1 Ruang Sidang Pimpinan, Gedung Poerbatjaraka FIB UGM.